Welcome Message

Mengapa kita hidup di dunia ini? Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Pertanyaan mendasar yang jawabannya akan menentukan cara kita hidup, dan bagaimana kita hidup. Apakah bermakna atau sia-sia...

twitter

Follow on Tweets

Doa Bapa Kami, Sudahkah Dilakukan?

Posted in

JANGAN katakan BAPA..
Jika kamu tidak berlaku sebagai 'anak'setiap hari..

JANGAN katakan KAMI..
Jika hidupmu penuh dengan 'ke-egois-an'...

JANGAN katakan YANG ADA DISURGA..
Jika yang kamu pikirkan adalah 'perkara duniawi' saja...

JANGAN katakan DIMULIAKAN NAMAMU...
Jika kamu tidak 'menghormati & memuliakan' Allah sebagaimana mestinya...

JANGAN katakan DATANGLAH KERAJAANMU..
Jika yang kau obsesikan hanyalah 'keberhasilan duniawi saja'...

JANGAN katakan JADIKANLAH KEHENDAKMU..
Jika yang kamu lakukan hanyalah 'yang kamu inginkan'...

JANGAN katakan BERILAH KAMI MAKANAN...
Jika kamu tidak 'peduli' terhadap orang yang sedang kesusahan...

JANGAN katakan AMPUNILAH KESALAHAN KAMI..
Jika kamu masih menyimpan 'dendam' dengan orang lain...

JANGAN katakan JANGAN MASUKAN KAMI KE DALAM PENCOBAAN...
Jika kamu tidak berniat 'berhenti berbuat dosa & bertobat'...

JANGAN katakan BEBASKAN KAMI DARI YANG JAHAT..
Jika kamu sungguh2 tidak tegas 'menolak kejahatan'

JANGAN katakan AMIN..
Jika kamu 'tidak sungguh2 dengan doa BAPA KAMI' ini...


Sudahkah kita menghayati Doa Bapa Kami dengan sungguh-sungguh?

Sumber: Milis Terang Dunia

Sikap Hidup Bersyukur

Posted in

SIKAP HIDUP BERSYUKUR

oleh: Ev. Paul S. Hidayat, S.Th., M.Th.

Rasa syukur adalah perasaan terindah yang dapat dimiliki manusia. Bersyukur adalah puncak sukacita hidup, melebihi nikmat seks, menang undian atau menyaksikan putri diwisuda menjadi sarjana. Tidak ada hal lain dalam kehidupan yang melebihi perasaan aman, hangat, nyaman, suka, karena berada dalam genggaman kuasa kasih karunia. Dari situlah mengalir keluar ungkapan syukur di dalam orang yang di dalam hatinya kasih Allah berdenyut.

Sejak kecil saya diajar untuk bersyukur kepada Tuhan. Bersyukur atas segala sesuatu dan pada segala
waktu. Tetapi kenyataan hidup yang tidak enak, hanya membuat anjuran itu menjadi beban mental berat yang menghambat lahirnya rasa syukur. Jika orang-tua tidak sanggup membelikan pakaian baru untuk anak-anaknya menjelang Natal, bagaimana mungkin bersyukur? Jika masalah rumah tangga menjadi-jadi, bagaimana dapat bersyukur? Tetapi tidak bersyukur dalam kesulitan juga merupakan beban berat. Beban itu hanya terangkat tatkala kita mulai belajar bersyukur. Musik indah kesukaan itu terdengar hanya bila kita mulai menggetarkan dawai-dawai hati kita untuk terpesona, takjub, girang, dan heran. Tidak bersyukur adalah ciri orang yang tidak mengenal Tuhan (Rm. 1:21). Ia menggerogoti roh, melayukan jiwa dan membusukkan kehidupan. Jadi bagaimana sebaliknya? Bersyukur atau tidak?

Syukur harus dilihat bukan sebagai kewajiban tetapi sebagai kesempatan. Syukur seumpama tepuk tangan meriah untuk seorang musikus piawai yang membuat dawai hati kita ikut tergetar, atau seumpama tawa lepas karena lawakan yang lucu, atau serupa pelukan spontan untuk seorang yang kita kasihi. Syukur membuat kasih-karunia-Nya terhayati segar di tengah dunia yang kelam dan berat ini.

Syukur atau terima kasih adalah respons terhadap suatu hadiah. Rasa syukur kita akan mengalir lancar bila mendapatkan suatu hadiah sejati. Tidak semua yang kita terima adalah hadiah. Jika seorang pengemis menemukan nasi bungkus utuh di tong sampah seorang kaya, ia tidak bersyukur. Itu bukan hadiah, itu hanya sekadar sesuatu yang di dalamnya terlibat pikiran, perhatian dan hati sang pemberi. Tak perlu mahal, bisa berupa sepucuk surat, sekuntum bunga, atau apa saja yang pemberinya menaruh dirinya di dalam pemberian itu. Pemberian yang pemberinya tidak terlibat adalah sesuatu yang palsu dan tak menggerakkan rasa syukur. Hadiah sejati juga mengandung balik sesuatu darinya. Pengorbanan itu bisa berupa waktu, uang, talenta, entah apa saja. Tetapi ia tidak diberikan agar dibayar kembali, sebab bila demikian ia bukan lagi hadiah tetapi pinjaman. Hadiah sejati tidak membuat kita merasa berhutang, bahkan juga tidak berhutang syukur. Pemberian selalu merupakan judi, sebab begitu diberikan, terserah kepada penerima hendak diapakan hadiah itu. Hadiah sejati membuat kita terkejut. Jika istri menanyakan dulu apa yang diinginkan suami sebagai hadiah ulang tahunnya, hilanglah unsur kejutan itu. Suami mendapatkan yang diinginkan, tetapi tidak ada kejutan, tidak ada risiko, bukan hadiah sejati! Bukankah Kristus hadiah sejati Allah untuk kita, mengandung semua ciri ini?

Hadiah sejati sesempurna itu hanya datang sesekali dalam hidup. Tetapi jika kita menunggu sampai datang yang sempurna, wajah kita akan terus murung tanpa sinar kesukaan syukur menghiasnya. Orang yang perfeksionis membunuh dorongan syukur dalam hidupnya. Hidup ini memang penuh kepahitan, kesakitan dan masalah. Namun demikian, kita perlu membuka hati bukan memompa perasaan bagi aliran syukur. Syukur itu mungkin bermula dari desah dan bisik lemah terima kasih untuk akhirnya menjadi sorak sorai. Syukur sering kali harus dimulai dari tetes kecil tak berarti yang menganak-sungai ke samudera kesukaan penuh gelora.

Syukur selalu diutarakan atas sesuatu yang lain dari yang lain. Sinar kemilau matahari paling indah terlihat di balik awan-awan. Pernahkah Anda bersyukur bahwa Anda lebih beruntung dari orang lain? Syukur semacam itu sangat memalukan karena bersyukur atas penderitaan orang lain. Namun, jika Anda menunggu sampai semua pengemis punya mobil, sampai semua orang tidak bisa mati, kita tidak akan pernah bisa bersyukur! Bukan penderitaan orang yang menjadi dasar yang membuat hati kita bersyukur, tetapi karena kelemahan kita memang membuat kita harus memiliki pembanding, yang membangkitkan kita untuk bersyukur.

Kedengarannya syukur berlawanan dengan kekuatiran. Namun keduanya berhubungan erat. Jika orang tidak pernah mengizinkan diri merasa kuatir sedikit pun, kejutan syukur ketika rasa kuatir teratasi tak pernah pula dialaminya. Kini banyak orang berusaha membuang kuatir jauh-jauh. Dengan film, makanan, bir, pil penenang, dsb. Kuatir tidak dapat diatasi dengan melarikan diri darinya. Mengapa tidak menatap kuatir itu sendiri dan membawanya di hadapan Tuhan? Ketika Dia menerangi situasi dan hati kita, kuatir lenyap dan syukur menggantikannya.

Sekuat apa pun struktur mental dan rohani kita, dalam hal bersyukur kita semua seperti busa sabun yang ringan dan mudah tertipu ke sana sini. Tidak heran bila sulit sekali memiliki sikap hidup bersyukur. Namun jika kita membuka hati dan mengizinkan Allah yang meniupkan napas kehidupan mengalir melalui paru-paru kita untuk membangkitkan tenaga syukur itu, kita dapat merayakan hidup ini di dalam dan bersama Tuhan.

Sumber:


Profil Ev. Paul S. Hidayat:

Ev. Paul Santoso Hidayat, S.Th., M.Th., Ph.D. (Cand.) adalah Direktur Persekutuan Pembaca Alkitab (PPA). Beliau menamatkan studi Sarjana Theologi (S.Th.) di Seminari Alkitab Asia Tenggara (SAAT) Malang dan Master of Theology (M.Th.) di Calvin Theological Seminary, U.S.A. Saat ini beliau sedang menyelesaikan studi Doctor of Philosophy (Ph.D.) di Oxford Center for Mission Studies, U.K.


Editor dan Pengoreksi: Denny Teguh Sutandio

“Mengenal kehendak Allah bukanlah proses menerima informasi langsung dari Allah tentang persoalan hidup, tetapi proses mengenali persoalan hidup berdasarkan wahyu yang telah diberikan Allah kepada kita.”(Rev. Prof. Gary T. Meadors, Th.D., Decision Making God’s Way, hlm. 185)

Cabai Rawit Yang Pedas

Posted in


Wow, hari Minggu (27 September 2010) ini adalah hari yang luar biasa! Disebut demikian karena ada beberapa pertanyaan dalam hati yang dijawab TUHAN melalui beberapa peristiwa.

1. Cabe rawit menghilangkan kantuk

Saat di Gereja tadi, sebelum ibadah dimulai, saya sempat merasakan
kantuk yang luar biasa. Saya berpikir. “Wah kalo terus ngantuk begini, bisa-bisa ketiduran pas Firman TUHAN nih…gawaat!”

Saat sedang berusaha keras melawan kantuk yang menyerang, memori saya melayang
saat dalam perjalanan dinas ke salah satu Mal di Jakarta untuk meeting, sang supir berkata bahwa biasanya dirinya melawan kantuk dengan mengunyah cabai rawit dan telor asin. Wah bisa dicoba nih! Cuma cari telor asin n cabai dimana coba? Lalu saya teringat tadi pada saat membeli snack di Gereja, diberikan cabai rawit juga dalam bungkus snacknya. Berarti si ibu memiliki cabai rawit dong, bolehkan diminta 1 batang saja. Saya pun bergegas ke stand snack tersebut, dan mengambil cabai rawit 1 batang. Saya kunyah semuanya, telan dan walaaaa! Kantuk pun hilang! Saya pun kembali ke kursi saya dan mengikuti jalannya ibadah dengan baik.

Nah coba renungin deh, cabai rawit dapat menghilangkan kantuk di saat-saat
kita sebenarnya tidak boleh mengantuk, apalgi tertidur. Begitu pula dengan diri kita, seharusnya semua hal buruk yang kita alami –entah itu: Dimusuhi/dihina/diremehkan/dianiaya orang tanpa sebab, ataupun hal yang mendatangkan dukacita bagi diri kita- dimaknai sebagai cara TUHAN untuk menghilangkan sifat buruk dalam diri kita, mengupgrade, mendewasakan diri kita menuju ke tahapan yang lebih baik. Tugas kita adalah memilih respons yang akan kita keluarkan terhadap situasi tersebut. Jika kita merespons secara benar, pasti kita menuju ke tahapan yang lebih baik sesuai dengan kehendak TUHAN. Mau ke tahapan diri yang lebih baik? Mari responi segala situasi buruk dengan benar!

2. Mencobai TUHAN

Pernah tergoda untuk mencobai TUHAN gak? Saya dulu sering, dan saat
melakukan itu saya berlindung bahwa apa yang saya lakukan adalah langkah iman.

Jadi saya mencobai TUHAN dengan cara
melangkah/bertindak/melakukan sesuatu tanpa persetujuan TUHAN (meski yang dilakukan bukan kejahatan secara pandangan dunia) dan berasumsi bahwa TUHAN akan menolong/membuat mukjizat, padahal langkah dan tindakan saya itu diluar kehendak TUHAN. Hasilnya gimana? Gatot booo! Gagal setotal-totalnya!

Wew, jadi kudu ditelisik setiap niatan yang timbul di dalam hati.
Apakah itu adalah kehendak TUHAN atau hanya keinginan diri kita semata?

Ok, hari sudah berganti, dan waktunya untuk istirahat. Btw saya tidur
duluan ya, waktu sudah menunjukkan jam 12:03 AM. Thanks for coming frenz!

Sumber gambar: Google

Manusia Unggul Di Dunia

Posted in

Pada ibadah Minggu tadi, saat mendengarkan kebenaran Firman TUHAN yang
disampaikan Pelayan Firman ada beberapa hal yang menarik untuk diolah.
Rata Penuh
Well, siap ya membacanya? Ok, saya mulai.

Menjadi anak TUHAN yang sejati (yang sejati lho) bukan berarti bebas
dari masalah, bisa saja di beberapa bagian kehidupan kita akan
mengalaminya sehingga kita membutuhkan pertolongan dan uluran tangan
dari sesama kita. Namun jikalau sepanjang hidup kita selalu berada
dalam masalah sehingga menjadi beban bagi orang lain, dan bukannya
menjadi saluran berkat, maka pasti ada yang salah dalam hidup kita.

Orang Kristen yang sejati atau anak TUHAN yang sejati seharusnya
adalah manusia unggul dalam segala bidang jika orang tersebut hidup
terikat erat dengan TUHAN, teguh memegang filosofi Injil yang murni
dan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan.

Mengapa demikian?
1. Bangsa–bangsa dunia yang besar saat ini adalah bangsa yang memegang
teguh filosofi hidupnya, sebut saja: Yahudi dan China. Yahudi dikenal
taat memegang Taurat sehingga dalam sendi yang terkecil dalam
kehidupannya. Begitu pula dengan China.

Seharusnya orang Kristen lebih daripada bangsa-bangsa ini, karena
dalam setiap aspek kehidupannya, orang Kristen yang sejati selalu ingin
melakukan kehendak TUHAN.

2. Melakukan kehendak TUHAN dalam memilih takdir dinamisnya. Oh iya
terdapat dua jenis takdir: Takdir absolut. dan takdir dinamis.

Contoh takdir absolut: Setiap kita tidak bisa memilih di keluarga
siapa, suku bangsa apa, untuk kita diciptakan. Entah menjadi orang
Jawa, Manado, atau China. Tidak ada pilihan untuk itu.

Contoh takdir dinamis: Setiap kita dapat memilih apakah menjadi orang
Manado yang baik atau rusak, menjadi orang Batak yang baik atau
beringas.

Nah terkait takdir dinamis itu, orang Kristen yang sejati pasti selalu
melakukan kehendak TUHAN dalam menentukan pilihan: Pekerjaan, minat,
pasangan hidup, lokasi tempat tinggal, pembelanjaan uang, dsbnya.

Jika demikian tidak heran jika orang Kristen yang sejati sangat
berpotensi untuk menjadi manusia yang unggul, karena dirinya selalu
ingin melakukan kehendak TUHAN.


Namun sekali lagi perlu diingat, menjadi manusia unggul dalam segala
bidang di dunia ini adalah impact (dampak/efek) saja dari kehidupan
anak TUHAN sejati yang hati, jiwa, dan pikirannya terpaut atau terikat
erat dengan TUHAN, jangan tertukar menjadi fokus hidup kita dan
memperalat TUHAN untuk mencapainya.

Doa: Antara Teori Dan Praktek

Posted in


Pengantar: Artikel ini mengungkapkan alasan mengapa doa sebegitu vitalnya dalam kehidupan rohani seseorang.



oleh: Ev. Paul Santoso Hidayat, S.Th., M.Th.



Saya pernah mengalami kesulitan nafas. Sesudah terserang batuk agak lama, lalu saya mengalami sesak nafas karena alergi. Selain sangat menyiksa, juga pengalaman sewaktu nafas saya menjadi sesak, pendek dan terengah-engah itu menimbulkan rasa ngeri. Sekaligus saat itu saya menyadari betapa berharganya hidup sehat yang dapat bernafas tanpa masalah.



Berdoa sering diumpamakan sebagai bernafas secara rohani. Jika kita benar-benar menerima gambaran itu, tentu kita akan menghargai betapa besarnya anugerah yang telah Allah berikan kepada umat-Nya dengan memberikan hak istimewa untuk boleh berdoa kepada-Nya. Dan, betapa besar resiko yang kita datangkan kepada hidup apabila kita mengabaikan doa dalam kehidupan kita. Sungguhkah seperti itu pertimbangan dan perlakuan kita tentang doa? Agaknya tidak selalu nyambung teori dengan praktik. Mengapa bisa begitu? Mungkin karena pemahaman teorinya pun hanya sambil lalu, tidak dalam, sehingga tidak sungguh dihayati!



Bagaimana kaitannya sampai doa jadi demikian hakiki dan vital? Doa terkait dengan fakta bahwa Allah yang kasih adanya itu menciptakan manusia sebagai makhluk yang berpotensi menyambut dan merespons Allah dalam kasih juga. Manusia disebut Allah sebagai gambar-rupa Allah. Sedangkan Allah, ketika menciptakan manusia sebagai gambar-rupa-Nya itu menyebut diri-Nya, “kita.” Banyak sekali isi Alkitab menegaskan bahwa Allah yang Esa itu adalah Allah yang berhakikat relasi. Allah kasih adanya! Ini yang dalam theologi Kristen diterjemahkan sebagai doktrin Tritunggal. Di dalam hakikat kekal-Nya, Allah adalah Bapa, Putra, Roh yang berkasih-kasihan. Jadi sebagai gambar-rupa Allah, manusia pun memiliki kekhususan yaitu merupakan makhluk relasi. Dalam relasi dirinya, relasi sosialnya, relasinya dengan alam, manusia sebenarnya sedang mengungkapkan hakikat terdalamnya sebagai makhluk relasi yang berawal dari relasinya dengan Allah. Fakta Allah dan fakta manusia inilah yang menyebabkan doa merupakan suatu hal yang sangat hakiki dan vital dalam keberadaan manusia. Dalam pemahaman ini bahkan doa lebih hakiki dan vital daripada diartikan sebagai nafas rohani. Doa adalah ungkapan dari relasi kita dengan Allah. Doa adalah komunikasi atau dialog manusia dengan Allah. Ketidaklancaran kehidupan doa adalah gejala ketidakberesan relasi kita dengan Allah.



Jika demikian hakiki dan vital, mengapa pada kenyataannya kita tidak spontan menghasrati doa? Mengapa kehidupan doa kita (komunikasi kita dengan Tuhan) tersendat – senin-kamis – tidak intim pada segala waktu? Karena menurut Alkitab relasi itu tidak lagi harmonis. Kejatuhan seluruh umat manusia ke dalam dosa pada intinya adalah memilih untuk tidak berhubungan dengan Allah. Tidak heran apabila kita tidak menghasrati doa sebab pada intinya kita tidak memiliki hasrat yang murni akan Allah. Syukurlah bahwa Allah tetap berhasrat untuk bersekutu dengan ciptaan-Nya ini. Itu sebab Ia mendirikan perjanjian dengan Abraham yang pada puncaknya menghasilkan pendamaian antara diri-Nya dengan umat-Nya di dalam Yesus Kristus. Dengan pendamaian yang Yesus Kristus hasilkan, pulihlah relasi kita dengan Allah, terbit pula hasrat kuat kita akan Allah – kesadaran dan kerinduan untuk berdoa yang melaluinya kita menumbuhkan relasi kasih kita dengan Allah.



Dengan demikian berdoa adalah sesuatu yang jauh lebih dalam dan lebih luas daripada sekadar cara untuk meminta berbagai berkat bagi hidup atau untuk mengalami kuasa Allah bagi berbagai kebutuhan hidup. Inti doa adalah relasi, adalah komunikasi dengan Allah. Hanya bila dalam komunikasi kita dengan Allah, ada tempat bagi Allah mengkomunikasikan diri-Nya juga pada kita, barulah doa itu menjadi bagian dari relasi yang riil. Inilah alasan mengapa Tuhan Yesus mengaitkan keadaan dipenuhi oleh firman sebagai syarat bagi doa yang dikenan Allah. Dan hanya dengan demikianlah semua berkat dari relasi kita dengan Allah yaitu berbagai akibat yang timbul dari pengenalan kita yang tumbuh mendalam akan Allah, atau akibat dari semakin leluasanya Allah hadir dalam kehidupan kita, akan dapat kita alami. Dan segala berkat itu kita terima bukan karena kita memiliki iman yang hebat atau gigih dalam mengklaim Allah, melainkan karena iman-harap-kasih kita dalam doa menyatu dengan kasih-hikmat-kuasa-rencana-Nya bagi kita.



Pengertian doa yang seperti inilah yang kita jumpai dalam berbagai kisah nyata kehidupan doa para tokoh Alkitab. Pada orang seperti Abraham, Musa, Samuel, Daud, Hizkia, Yeremia, Daniel, Yesus, para rasul, Paulus, doa bukan soal cara, aturan, formula, tetapi komunikasi yang sangat menentukan vitalitas kehidupan dan karya mereka. Itu sebabnya bukan kebiasaan berdoa lima atau tujuh kali dalam sehari yang memberdayakan doa mereka, tetapi keintiman hubungan dengan Allah yang membuat mereka memiliki daya doa yang memenuhi seluruh kehidupan dan karya mereka sepanjang hidup. Tidak heran apabila doa bukan sesuatu yang menjadi beban bagi mereka melainkan merupakan suatu kesukaan. Juga, apabila mereka begitu dalam merasakan kebutuhan untuk berdoa dan untuk didoakan.



Alkitab dan doa, atau doa yang interaktif dengan firman Allah, adalah doa yang benar yang menjadi semarak dari realita relasi yang intens antar Allah-manusia secara timbal balik. Bagaimanakah doa Anda? Nafas Anda sajakah yang mendengus di dalamnya, atau terdengar juga nafas bicara Allah di dalamnya? Dalam hubungan yang intimkah Anda dengan Allah? Bagaimana kualitas relasi Anda dengan Allah terdengar dalam irama, sikap, isi dan lingkup doa Anda sehari-hari? Bagaimana perhatian, arah hati, gerak misi Allah tercermin dalam doa-doa Anda?



Doa kita hendaknya mencirikan bahwa seluruh hidup kita adalah dari-oleh-untuk Allah saja!



Sumber: http://www.ppa.or.id/untuk_anda.php?artikel=doa_antara_teori_praktik

Tiga Parameter Kehendak TUHAN

Posted in


Sering kali kita mendengar di dalam doa orang lain atau justru kita sendiri yang berdoa: “TUHAN tunjukkanlah jalan-MU pada kami”. Atau, “TUHAN tunjukkanlah kehendak-MU pada kami”.

Bukannya saya tidak setuju dengan pernyataan itu, tapi sering kali kita sepertinya terlalu mudah mengumbar pernyataan itu. Sebenarnya dalam banyak kasus, permasalahannya bukan karena TUHAN tidak/belum menunjukkan jalan mana yang harus kita tempuh.

Kalau begitu, apakah TUHAN sebenarnya sudah menunjukkan jalan yang dikehendaki-NYA bagi kita? Ya! Jika memang keputusan untuk melakukan sesuatu ada di tangan kita. Karena memang ada hal-hal yang berada di domainnya ALLAH saja, seperti: Hidup matinya seseorang, sembuh tidaknya seseorang, dll. Dan ada hal-hal yang menjadi bagian kita untuk melakukannya, seperti: Kalau tidak ingin sakit berarti berusaha hidup sehat.

Lalu seperti apa sih karakteristik jalan yang TUHAN kehendaki bagi kita? Parameternya ada di Roma 12:2Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna”. Inilah kriteria atau parameter dari sebuah jalan/pilihan yang TUHAN kehendaki untuk kita ambil. Jika salah satu diantaranya meleset, maka pasti jalan itu tidak TUHAN kehendaki untuk kita ambil. Jadi sebelum mengambil keputusan, analisalah semua pilihan yang ada berdasar ketiga parameter itu, pasti ketemu!

Berarti TUHAN sebenarnya selalu menunjukkan jalan yang IA kehendaki bagi kita. Masalahnya ada pada diri kita:

  1. Maukah kita komit untuk terikat erat dengan TUHAN?
  2. Maukah kita komit mempelajari Firman TUHAN, yang berarti selalu ada waktu setiap hari untuk membaca Alkitab?
  3. Maukah kita mengingat dan menempelkan ketiga parameter itu dalam hati jiwa dan pikiran kita?
  4. Maukah kita komit melakukan kehendak-NYA?

Karena sebenarnya meski kita memahami apa yang menjadi kehendak TUHAN, kita tidak mau (bukan tidak sanggup) untuk melakukannya


Seringkali juga pilihan-pilihan yang ada terlihat sama baiknya, jika situasi itu yang timbul lalu bagaimana? Silakan kita kembali menganalisis ulang semua pilihan yang ada secara detail dengan memperkirakan efek atau dampak yang sekiranya akan terjadi dari setiap pilihan jalan yang kita ambil berdasarkan ketiga parameter itu. Namun bagaimana jika analisis ulang yang mendetail itu memaparkan bahwa setiap pilihan sama baiknya, sementara kita harus memilih salah satu diantaranya? Jika demikian, maka barulah ini saatnya kita berdiam diri dan berkata kepada TUHAN, “ TUHAN tunjukkanlah jalan-MU pada kami”.


Sumber foto: http://antonjunzzz.wordpress.com

Peringatan Bagi Orang Kaya: Orang Kaya Sukar Masuk Surga!

Posted in


Judul di atas bermula dari tergelitiknya rasa ingin tahu dibalik perkataan TUHAN Yesus dalam Matius 19 : 23-24. Sebenarnya mengapa sih kok orang kaya sukar masuk ke dalam Kerajaan ALLAH? Setelah mencoba membayangkan; kesimpulan saya sebagai berikut:

Orang kaya sulit masuk ke dalam Kerajaan ALLAH, karena untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan ALLAH seseorang harus hanya mencintai ALLAH saja. Maksudnya tidak ada hal lain yang dicintainya melebihi cintanya kepada ALLAH. Ini bukan hal yang mudah, karena itu berarti seseorang harus melepaskan hasratnya akan harta dan kekayaan. Melepas keterikatan akan kenyamanan yang dikecap selama ini sebagai akibat dari kekayaan yang dimilikinya. Dan hal ini berlawanan dengan nilai-nilai dunia pada umumnya.

Hal ini bukan berarti seseorang harus miskin dulu baru bisa masuk dalam Kerajaan ALLAH, atau bukan berarti orang miskin pasti masuk ke dalam Kerajaan Surga. Masalahnya sebenarnya berada pada hasrat diri. J
ika orang itu adalah orang kaya berarti dirinya tidak boleh terikat pada hartanya, jika orang itu adalah orang miskin berarti tidak boleh berambisi ingin kaya dan mengejar harta. Namun jika seseorang berusaha keras dalam usaha dan pekerjaannya, melakukan pekerjaannya dan menjalankan usahanya dengan segenap hati dan penuh kejujuran; semata-mata karena ingin memuliakan ALLAH dalam segala hal yang dilakukan-NYA (1 Korintus 10 : 31) tanpa memperdulikan apakah mendatangkan kekayaan atau tidak.

Hal yang sulit, karena kebanyakan otak manusia telah diprogram sedari dini untuk mengejar kekayaan bahkan dengan segala cara. Kekayaan adalah parameter utama sebagai ukuran kesuksesan di dunia. Lainnya adalah status sosial, gelar pendidikan, namun jika tidak memiliki kekayaan seseorang belum dikatakan sukses. Meski telah bergelar Profesor namun jika tidak memiliki kekayaan, sulit dikatakan Profesor itu telah sukses. Sebaliknya, meski hanya mengecap pendidikan SD namun jika memiliki harta yang berlimpah, sudah pasti orang ini ditahbiskan sebagai manusia sukses di dunia.

Namun memang menjadi anak ALLAH itu berarti menjadi musuh dunia ini. Menjadi musuh dunia berarti juga tidak tergiur akan tawaran kenyamanan dunia. Tidak berhasrat menetapkan standar kesuksesan menurut ukuran dunia namun mengenakan ukuran kesuksesan menurut ALLAH. Dan ukuran ALLAH akan kesuksesan tentunya sangat jauh dengan ukuran dunia ini, sebegitu jauhnya sehingga ukuran ALLAH akan kesuksesan ini tidak dapat diterima dan dicerna logika manusia yang masih terikat akan dunia ini.

Inilah ukuran kesuksesan ALLAH: Memerintah bersama-sama dengan-NYA di dalam Kerajaan-NYA. Mau? Mari berjuang!

Disiplin Rohani dan Kebiasaan

Posted in


Bekerja untuk mendapatkan penghasilan setiap bulannya adalah hal yang penting bukan? Namun bukan hanya sekedar datang ke kantor, lalu pulang pada sore hari. Tapi juga harus ditunjukkan dengan kinerja yang prima. Lalu setiap hari-hari kerja kita selalu diawali dengan rutinitas yang sama setiap harinya: Bangun pagi, berangkat ke kantor, jam 12 makan siang, lalu +/- jam 5 sore pulang kantor. Memang ada orang yang menyukai rutinitas, tapi ada juga yang tidak pernah bisa kompromi dengan rutinitas. Yang sebenarnya mungkin saja ini sebenarnya terkait daya tahan seseorang saja dalam menghadapi rutinitas. Ada yang titik jenuhnya cepat hadir ada juga yang lebih lama. Menjadi masalah adalah cara menyikapi titik jenuh tersebut tatkala datang. Kalau tidak disikapi secara tepat, frekuensi hadirnya titik jenuh tersebut akan semakin singkat dan semakin besar, sehingga dapat menghambat kreativitas, kinerja, dan sampai taraf tertentu mempengaruhi kejiwaan seseorang.

Sama halnya dengan kehidupan rohani kita, tentunya kita paham bahwa disiplin rohani adalah hal yang penting untuk memelihara kehidupan kita agar senantiasa terikat erat dengan TUHAN, maka setiap hari kita berdoa dan membaca Alkitab. Namun serangan penyakit rutinitas harus diwaspadai agar kehidupan rohani kita yang sehat tidak berubah menjadi kebiasaan belaka. Saya sendiri pernah mengalaminya saat disiplin rohani sepertinya menjadi kebiasaan hambar tanpa gairah, dilakukan karena sekedar memenuhi target dan jadwal semata. Setiap perkataan dalam doa saya hafal luar dalam, bahkan sampai kepada titik komanya.

Lalu bagaimana caranya? Salah satu anugerah TUHAN bagi manusia adalah otak yang dikendalikan oleh pikiran dalam menerima sensasi dari luar, sehingga timbul perasaan-perasaan seperti: Kesal, senang, sedih, marah, kecewa, bosan, benci dan sebagainya. Jadi tatkala jenuh datang melanda, yang perlu kita lakukan adalah men-setting pikiran kita bahwa disiplin rohani yang kita lakukan tidak hanya sekedar memenuhi jadwal dan target semata namun adalah sebuah kesempatan untuk bertemu dengan BAPA yang mengasihi kita dan mengasihi kita. Jika kita bertemu dengan BAPA yang kita kasihi maka di dalam pembicaraan yang kita lakukan terlibat unsur perasaan di dalam setiap huruf dan kata yang mengalir keluar dari mulut kita, seperti halnya kalau kita bertemu dengan orang yang kita kasihi, dengan kata lain doa kita bukan hanya sekedar sekumpulan kata-kata hafalan semata, namun sekumpulan kata-kata yang terdapat perasaan kasih sayang kita kepada TUHAN di dalamnya.


Selamat menjalankan disiplin rohani!


Sumber foto: www.istockphoto.com/file_closeup/?id=303161&refnum=91126&source=sxchu04&source=sxchu04


Pikiran dan Antena Televisi

Posted in


Antena Televisi, ada yang tidak pernah tahu atau melihat benda ini? Saya yakin pasti semuanya tahu dan pernah melihatnya. Fungsi antena televisi adalah menangkap siaran yang dipancarkan stasiun televisi. Jadi jika kita memilih sebuah channel untuk stasiun TV tertentu, dengan antena televisi, maka kita akan menerima gelombang siaran dari stasiun TV itu. Apapun acara yang ditayangkannya. Untuk di Indonesia, tidak ada stasiun TV yang selalu memancarkan acara yang berkualitas setiap jamnya. Pasti ada di jam-jam tertentu stasiun TV yang kita pilih itu menayangkan acara-acara yang kita tidak minati, atau malah kita benci.

Kalau sudah begitu yang bisa kita lakukan adalah mengambil remote dan memilih channel Stasiun TV yang lain. Dengan harapan stasiun TV yang kemudian kita pilih menayangkan acara yang lebih bagus. Begitu pula dengan pikiran kita, seperti antena TV itu, pikiran kita selalu mendapat gelombang-gelombang stimulus dari TUHAN dan dari si iblis. Contohnya jika kita sudah di tempat tidur, biasanya pikiran kita mengembara kemana-mana (antara sadar atau tidak), dan memikirkan banyak hal, yang beberapa diantaranya bisa terselip memikirkan hal-hal yang buruk. Nah jika akhirnya kita sadar telah memikirkan hal-hal yang buruk, kita mempunyai dua pilihan: Tetap memikirkan hal itu atau memilih untuk tidak memikirkan hal itu. Persis seperti remote TV, switch the channel or stay! Jika kita memutuskan untuk terus memikirkan hal-hal yang buruk itu, potensi untuk kita melakukan dosa semakin besar pula. Dan memang asal muasal terjadinya dosa bermula dari pikiran.

Jadi mengendalikan pikiran adalah hal yang penting, namun untuk dapat melakukan hal ini kita tidak dapat melakukannya sendiri. Kita membutuhkan kekuatan dan hikmat kebijaksanaan dari TUHAN. Hikmat kebijaksanaan dari TUHAN untuk dapat membedakan setiap gelombang stimulus yang masuk, kekuatan dari TUHAN agar dapat memilih untuk menolak gelombang stimulus buruk/jahat namun sangat menggoda itu. Mari kita melakukan langkah pertama guna mengendalikan pikiran: Datang kepada TUHAN untuk memohon kekuatan dan hikmat dari TUHAN!

With GOD, we can switch the channel, GOD's channel!

Berjalan Dalam Badai

Posted in

Di suatu malam sehabis Saat Teduh, seperti biasa saya mulai berusaha memejamkan mata. Bukan hal yang mudah karena selain insomnia saat itu saya sedang dirundung 2 pergumulan yang sampai saat itu belum juga ada jalan keluarnya, meski saya sudah berusaha melakukan yang terbaik yang saya bisa.

Lalu saya kembali teringat akan Saat Teduh saya tadi, pada Saat Teduh itu saya membuka Ibrani 11 : 17-18. Bukan ayat pembacaan untuk hari itu memang, namun entah mengapa saya tertarik untuk membukanya. Dan saat berusaha untuk tidur saya membayangkan si Abraham yang tetap teguh menjalankan perintah TUHAN untuk mengorbankan anaknya Ishak, padahal Ishak itulah yang dijanjikan TUHAN sebagai keturunan Abraham.

Saya membayangkan seandainya saya menjadi Abraham. Dalam perjalanan menuju gunung itu pastilah perasaan bercampur aduk dalam hati saya, antara: Taat melakukan perintah TUHAN atau sebaliknya. Dan pastinya si iblis itu tidak tinggal diam melihat saya tetap berjalan menuju atas gunung, si iblis akan menawarkan solusi-solusi yang terdengarnya masuk akal seperti: "Udah ngapain lo ke atas gunung juga, mengorbankan anak lo, mending lo kabur aja, nanti baru deh minta ampun ke TUHAN. Toh kan memang Ishak ini yang dijanjikan TUHAN menjadi keturunan lo". Atau seperti ini: "Ih tega lo ya..mengorbankan anak lo, lo suruh kabur aja deh tuh Ishak..nanti lo bilang ke TUHAN bahwa si Ishaknya kabur...lo gak salah, dan Ishak pun hidup..win-win solution kan?"

Meski solusi-solusi tersebut terdengar manusiawi, padahal tujuannya jahat! Membuat saya (Abraham) untuk menyimpang dari ketetapan TUHAN, melawan kehendak TUHAN, memberontak terhadap TUHAN. Dan seperti yang tertulis dalam Alkitab, Abraham tetap mempersembahkan anak-NYA di atas gunung, karena ia percaya bahwa TUHAN sanggup melakukan apapun juga termasuk membangkitkan orang dari kematian. Sehingga meskipun ia mengorbankan anaknya karena disuruh TUHAN, ia tetap melakukannya.

Kembali ke situasi saya saat itu yang tengah bergumul untuk 2 hal, saya mengambil kesimpulan bahwa jika TUHAN mau saya tetap berjalan dalam badai pergumulan ini, saya akan melakukannya. Saya tidak akan melakukan segala saran-saran yang ditiupkan si iblis untuk saya melawan Perintah TUHAN. Segala hal yang akan terjadi selanjutnya karena pergumulan ini, saya serahkan kepada TUHAN yang telah menyuruh saya, karena saya percaya bahwa TUHAN sanggup melakukan apapun juga. Saya memilih untuk menyerahkan kekhawatiran saya kepada TUHAN sembari terus berjalan maju dalam badai pergumulan ini dan berusaha melakukan yang terbaik yang saya bisa di dalam koridor Firman TUHAN.

Nice lesson from Abraham! Thanks GOD!

Sumber foto: http://newcreationperson.wordpress.com


What's your message?

Posted in


Seperti judulnya, artikel ini sebenarnya ingin coba mengelaborasi arti dari gambar di samping ini.

Sebagai anak TUHAN, keberadaan kita di dunia yang 'gelap' ini seperti neon box di samping. Kita sedang 'on air', mengudara di tengah gelapnya suasana dunia. Sehingga mengudaranya kita seharusnya dapat membuat perbedaan -yang benar-benar berbeda- dibanding penghuni dunia ini. Memberi pesan kepada dunia yang jahat ini mengenai kasih Kristus yang sesungguhnya.

Caranya bagaimana? Paling efektif melalui kehidupan kita. Tunjukkan pesan bahwa Kristus itu mengasihi semua orang dengan kehidupan kita yang juga mengasihi semua orang, bahkan jika orang tersebut menganiaya kita.

Tunjukkan dengan perkataan kita, perkataan kepada sesama, yang bukan hanya diucapkan di dunia nyata, namun juga di dunia maya. Jika update status FB atau Twitter, update status yang memang memberikan motivasi, kekuatan, penghiburan kepada orang lain dengan dasar kebenaran Firman TUHAN, Bergabung dengan account-account FB yang memang mempunyai misi memberitakan Kabar Baik. Renungan Virtue Notes salah satunya.

Jadi sekarang, lets show your message to this evil world!

Terikat Erat

Posted in


Bacaan : Matius 21 : 21,22; Yohanes 15 : 1-8; Filipi 2 : 5; Yakobus 4 : 3

Saat Yesus mengutuk pohon ara yang seketika menjadi kering, murid-murid Yesus tercengang. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-NYA bahwa mereka pun dapat melakukan hal yang serupa, bahkan memindahkan gunung. Sungguh suatu iman yang luar biasa!

Iman seperti ini tidak dimiliki oleh orang Kristen yang hanya merasa puas dengan pengakuan bibir dan merasa percaya. Namun kepada mereka yang adalah murid Yesus, pengikut Yesus. Seperti murid-murid yang senantiasa mengikuti Yesus kemanapun Yesus pergi, hal ini pun berlaku untuk kita jika kita memang murid Yesus yang benar-benar melakukan semua persyaratan mengikut Yesus (Matius 16 : 24). Secara singkat : Mereka yang hidup terikat erat dengan TUHAN sehingga peka mendengar suara TUHAN.

Mengapa demikian? Pada saat kita hidup terikat erat dengan BAPA, kita akan berpikir dan merasakan seperti yang TUHAN rasakan, peka mendengar suara TUHAN. Karena TUHAN menaruh pikiran dan perasaan-NYA pada kita. Sehingga pada saat kita menginginkan sesuatu dan mendoakannya, tentu saja TUHAN mengabulkannya, karena keinginan tersebut sebenarnya berasal dari TUHAN, ditaruh TUHAN dalam pikiran kita. Keinginan untuk sesuatu yang merupakan kehendak TUHAN.

Namun sayangnya memiliki persekutuan yang terikat erat dengan TUHAN bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan kerelaan menyerahkan diri kepada TUHAN. Sementaran manusia -biasanya- jika dalam keadaan di atas angin, tanpa kesulitan, manusia cenderung 'lupa' untuk melekat erat dengan TUHAN. Namun saat manusia mengalami kesulitan hidup -yang kita kenal sebagai pembentukan dan pemrosesan-, lebih mudah untuk datang dan berserah pada TUHAN.

Jadi kalau saat ini sedang mengalami kesulitan hidup, seharusnya kita bersyukur, karena itu berarti kita sedang dibentuk dan diproses TUHAN, dibersihkan oleh TUHAN untuk kita memiliki persekutuan yang terikat erat dengan BAPA. Dan tidak usah menunggu datangnya kesulitan untuk hidup melekat erat dengan BAPA, lakukan sekarang! GOD loves u, u know!

Would you let JESUS drive your life?

Posted in



Kemarin baru saja baca Our Daily Bread dengan judul, “Our Co-Pilot?” Inti dari renungan itu mengatakan seperti ini:

“So, if you've died and Christ live in you. JESUS is your pilot. Would you let JESUS drive your life?”

Coba merenungi inti pesan itu, dan saya sadar bahwa sebagai anak TUHAN setiap detiknya kita selalu dihadapkan pada dua pilihan:
1. Menyerahkan kendali hidup kita pada BAPA.
2. Mengambil kendali hidup kita dari BAPA dan hidup sesuka hati kita.

Kalau kita menyadari bahwa kita adalah anak TUHAN, berarti seharusnya kita memilih untuk melakukan yang nomor 1. Dengan kehendak bebas yang TUHAN berikan pada kita, kita memilih yang nomor 1. Hal ini berarti juga bahwa kita mengarahkan kehendak bebas kita untuk memilih dan melakukan kehendak BAPA. Dan sebaliknya kalau kita memilih yang nomor 2, berarti kita mengarahkan kehendak bebas kita untuk memilih dan melakukan keinginan daging/dunia/iblis.

Jadi menjadi bagian yang harus kita lakukan adalah memilih, setelah memilih yang nomor 1 -karena kita adalah anak TUHAN, menjadi bagian kita tahap selanjutnya adalah bertekad melakukan yang terbaik segala yang BAPA kehendaki untuk kita lakukan. Dan tahapan selanjutnya; mohon kekuatan dari TUHAN, mohon hikmat kebijaksanaan dari TUHAN dalam melakukan kehendak-NYA.
Mengenai hasilnya itu terserah TUHAN saja.

Para pembaca yang budiman, setelah mengetahui hal ini, dan menyadari status kita sebagai anak TUHAN, mari kita dengan sadar memilih untuk menyerahkan kendali hidup kita pada BAPA. Dan apapun yang BAPA kehendaki untuk kita lakukan, mari kita bertekad untuk melakukan yang terbaik, dengan segenap hati kita untuk TUHAN saja. Tentunya dengan memohon kekuatan dan hikmat kebijaksanaan dari TUHAN.

Berikan Mereka Sukses

Posted in


"Suruh mereka merindukan sukses. Ajak mereka berdoa minta sukses. Lalu berikan sukses."

Pada suatu hari iblis mencari seseorang yang semula murah hati untuk dijadikan kikir, semula berserah untuk dijadikan serakah dan cepat marah. Iblis memilih seorang petani yang sedang bekerja diladang. "Nah, petani miskin ini akan kujadikan lebih miskin lagi. Pasti dia akan jadi kikir dan serakah." Sebagai langkah pertama, iblis mencuri bekal makanan milik petani itu. Pada waktu makan siang petani itu mencari-cari bekal makanannya. Ia merasa heran, "Aneh betul, makananku hilang. Aku akan lapar sepanjang hari ini. Mungkin ada tetangga yang mencurinya. Biarlah, barangkali tetanggaku itu sedang kesulitan makanan."

Iblis heran melihat reaksi petani yang begitu ikhlas dan damai. Rencananya gagal. Dengan lesu ia melapor ke para iblis lain. Mereka langsung menertawakan dia, "Tentu saja kau gagal. kalau mau bikin orang jadi kikir dan serakah, jangan jadikan dia miskin. Jadikan dia kaya!" Mulailah iblis menyusun rencana jangka panjang. Ia memberi kesuburan khusus pada lading petani itu. Ketika petani lain mengeluh akibat panen yang gagal, petani yang satu itu justru berlimpah panennya. Lumbungnya penuh dengan gandum.

Petani miskin ini langsung menjadi kaya. Petani ini tidak tau apa yang harus diperbuatnya dengan kelebihan gandumnya. Lalu iblis memberi ilham. Gandum itu bisa dibuat minuman keras vodka. Ternyata vodka bikinan petani ini laku di kota. Petani ini menjadi semakin kaya. Untuk merayakan suksesnya, petani ini mengundang para tetangganya berpesta. Vodka disajikan lalu orang mulai mabuk.

Dalam keadaan mabuk, petani ini menagih tetangga-tetangganya untuk mengembalikan gandum yang mereka pinjam. Petani itu langsung marah ketika para tetangga belum sanggup membayar akibat masa paceklik. Ia memaki-maki, "Bayar! Awas kalau kamu tidak membayar. Itu gandumku, tau? Gandum hasil keringatku!" Lalu merekapun mulai bertengkar. Kacaulah pesta itu. Iblis mengintip dari jauh dengan senyum kemenangan. Sambil menunjuk ia berkata kepada iblis-iblis lain, "Lihat, itu dia orangnya. Dulu ketika masih miskin, bekal makanannya ia ikhlaskan. Tetapi sekarang meski lumbungnya sudah luber, ia begitu kikir."

Apa maksud Leo Tolstoy menuturkan cerita ini? Kalau disimak alur cerita ini banyak mirip dengan cerita-cerita lain dari pengarang yang sama. Bandingkan misalnya dengan cerita Tolstoy tentang pembeli tanah yang serakah di buku Selamat Mengikut Dia. Leo Tolstoy (1828--1910) adalah seorang bangsawan dan tuan tanah yang kaya raya di Rusia. Tetapi ia tidak mau hidup sebagai orang kaya. Ia membagikan tanahnya kepada petani-petani miskin. Ia belajar teologi dan menjadi pengarang. Untuk kebutuhan hidupnya ia bercocok tanam dan membuat roti sendiri. Tolstoy menekankan bahwa Kerajaan Sorga ada dalam diri Yesus.

Lalu apa yang tampak dalam diri Yesus?
Seorang yang tidak terikat pada harta benda.
Seorang yang terbebas dari keserakahan.
Seorang yang tidak mengejar keberhasilan menurut standard dunia.
Seorang yang bahagia.
(Seorang yang hidupnya sungguh-sungguh bebas merdeka)

Yesus berkata: "Berbahagialah, hai kamu yang miskin, karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah" (Luk 6:20)
Bandingkanlah dengan versi Mat 5:3: "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah....."

Tolstoy seakan-akan bertanya: Kapan petani ini berbahagia? Ia menjawab: Sebelum petani ini menjadi kaya. semula pikiran petani ini bebas dari belenggu harta benda. Hatinya damai. Ia tidak dikejar oleh keserakahan.

Hubungannya dengan tetangga adalah hubungan manusia dengan manusia. Tetapi kemudian pikirannya dikuasai oleh harta benda. Hatinya tidak damai lagi. Hubungannya dengan tetangga merosot menjadi hubungan antara pemilik benda dengan peminjam benda. Dari luar tampaknya keluarga petani ini lebih beruntung dari keluarga lain. Tetapi dari dalam keadaannya berbeda.

Tolstoy bercerita bahwa suasana keluarga yang semula tenang kemudian menjadi tegang. hanya karena istrinya menumpahkan sedikit vodka, petani itu naik pitam bukan kepalang: "Bodoh! Kamu kira ini air hujan? Ini vodka. Ini mahal, tau?"

Ada lagi isu teologis yang hendak diangkat oleh Tolstoy. Benarkah sukses itu berkat dari Tuhan? Belum tentu. Sukses belum tentu berasal dari Tuhan sebab berkat Tuhan tidak selalu berbentuk sukses. Bisa jadi sukses diberikan oleh iblis sebagai strategi untuk menjatuhkan kita.

Entah apa riwayat petani itu selanjutnya. Entah apa pula yang terjadi dengan iblis ini. bisa jadi iblis ini kemudian menjadi penceramah seminar di hotel-hotel berbintang. Di situ ia memberi kiat kepada para iblis lain tentang metode mengubah orang yang semula berserah menjadi orang yang serakah, yang semula murah hati menjadi kikir, semula jujur menjadi korup dan jahat.

Di tiap seminar selalu ada peserta yang bertanya: "Apa kiatnya?" Lalu dengan senyum kemenangan ia menjawab, "Oh, saudaraku yang terkasih. Itu gampang. Suruh mereka merindukan sukses. Ajak mereka berdoa minta sukses. Lalu berikan sukses."

(Pdt. Dr. Andar Ismail)


Sumber: elia-stories@yahoogroups.com

Tiga Wanita yang Berdoa

Posted in


Di dalam mimpinya dia melihat ada tiga orang wanita yang sedang berdoa.

Saat mereka berlutut, sang TUHAN datang mendekati mereka.

DIA mendekati wanita yang pertama dengan kelembutan dan anugerah. DIA tersenyum dengan kasih dan berbicara kepadanya dengan nada yang sangat manis.

Setelah itu, DIA mendekati wanita yang kedua. Kepada wanita itu DIA hanya menumpangkan tanganNYA ke atas kepala wanita yang sedang menunduk itu dan memberikannya pandangan yang penuh kasih.

Namun kemudian DIA melewati wanita yang ketiga dengan tanpa berhenti untuk mengatakan sesuatu atau hanya memandangnya saja.

Wanita yang bermimpi itu berkata kepada dirinya sendiri, "Pastilah DIA sangat mengasihi wanita yang pertama itu. Wanita yang kedua memperoleh restunya namun dia tidak mengalami sikapNYA yang menunjukkan kasih, seperti yang dilakukanNYA kepada wanita yang pertama. Sedangkan wanita yang ketiga, pastilah merasa sangat sedih karena DIA sama sekali tidak berkata apa-apa kepadanya, bahkan memandangnya pun tidak."

Tapi datanglah TUHAN dan berdiri disampingnya dan berkata, "Hai, wanita ! Engkau salah dalam menilai sikap-KU!”

“Wanita yang pertama sepenuhnya memerlukan kelembutan dan perhatian-KU supaya dia bisa tetap melangkah di jalan-KU yang sempit. DIA memerlukan kasih, perhatian dan pertolongan-KU setiap saat, karena tanpa itu semua dia akan jatuh.”

“Wanita yang kedua memiliki iman yang lebih kuat dan kasih yang lebih dalam daripada yang dimiliki oleh wanita pertama, dan AKU bisa mengandalkannya untuk tetap mempercayai AKU tanpa memedulikan apa yang terjadi dan apa yang dilakukan orang-orang terhadapnya.”

“Namun wanita yang ketiga, yang tampaknya tidak AKU perhatikan, bahkan mungkin tampak ditelantarkan, memiliki iman dan kasih yang sangat murni.

Dia sangat mengenal AKU, dan sepenuhnya mempercayai AKU, sehingga dia tidak lagi bergantung pada suara-KU, tatapan-KU yang penuh kasih, atau tanda-tanda lainnya untuk bisa mendapatkan persetujuan atau restu-KU.

Dia tidak akan merasa cemas atau menjadi patah semangat dengan situasi dan keadaan apapun yang AKU rancangkan untuk dia hadapi.

Dia mengetahui bahwa AKU sedang mempersiapkan dirinya untuk kekekalan, dan menyadari bahwa di kemudian hari, dia akan memahami apa yang AKU lakukan.”

"Kasih-KU hening karena kata-kata tidak bisa mengekspresikan kasih-KU dan hati manusia sukar untuk bisa memahaminya. Dan juga, keheningan-KU itu adalah demi engkau, supaya engkau belajar untuk mengasihi dan mempercayai-KU dengan murni, seperti yang diajarkan Roh, dan menanggapinya secara spontan tanpa dipengaruhi oleh hal-hal yang tampak dari luar."

Jika kita belajar tentang rahasia sikap diam-NYA dan tetap memuji-NYA walaupun seolah-olah ALLAH tidak memberikan karunia-NYA kepadamu.

Melalui hal ini kita akan bisa mengenal dan mengasihi Sang Pemberi dengan lebih baik.

Sumber : Diolah dari tulisan pilihan (kutipan "Sungai di padang gurun " )

Sumber foto : stock.xchng

Korupsi adalah Mencari Makan?

Posted in


Hari Kamis (8 April 2010) saya mencukur rambut di tukang cukur dekat rumah. Iseng-iseng saya melakukan tanya jawab dengan beliau :


Saya : Pak pelanggannya siapa aja di sini?

Bapak : Wah banyak mas.

Saya : Petugas pajak ada? Kan lagi rame-ramenya kasus pajak nih.

Bapak : Ada, tapi dia gak banyak omong. KPK juga ada, Bank swasta nasional juga ada. Di sini mah banyak.

Saya : Oh gitu…wah parah yah yang korupsi pajak itu, padahal gajinya udah gede lho. 12 juta/sebulan. Itu kalo di swasta udah level manajer tuh.

Bapak : Yah meski gaji gede juga, kalo liat ada duit nganggur, siapa yang gak ngiler.

Saya : Iya, namanya juga manusia, gak pernah puas.

Bapak : Iya kan namanya manusia. Lagian juga cari makan lah. Menurut saya kalo korupsi itu jangan tanggung-tanggung, sekalian yang gede, terus kabur ke luar negeri. Gak usah balik-balik.

Saya : ???? *bengong sambil mengurut dada, betapa mental anak Negeri sudah rusak sampai ke level akar rumput*


Duh korupsi itu bener-bener penyakit lho, berawal dari ketidakmampuan manusia untuk menahan hasrat memuaskan keinginan dagingnya, sehingga segala cara pun dilakukan. Dan repotnya, rakyat di tataran akar rumput yang sebenarnya adalah korban dari korupsi itu justru mempunyai pikiran bahwa korupsi termasuk kegiatan mencari makan, yang artinya wajar-wajar saja untuk dilakukan. Kalau orang seperti ini suatu ketika mendapat jabatan yang strategis, bukankah mungkin saja ia juga melanjutkan tradisi korupsi dan kolusi yang menurutnya adalah kegiatan mencari makan?


Duh Indonesia, kita bisa ngapain ya?


Sumber foto : xcavator.net

Goodness Campaign

Posted in


Bail out Century yang dicurigai terdapat unsur korupsi, penggelapan pajak, makelar kasus adalah kata-kata yang banyak bersliweran di koran terakhir-terakhir ini. Pusing juga karena setiap hari urat-urat di otak dibetot untuk membaca dan merasakan keprihatinan akan keadaan bangsa ini.

Sebenarnya menurut saya, kunci untuk tiadanya korupsi, penggelapan pajak, ataupun makelar kasus adalah setiap manusia kembali kepada TUHAN. Mungkin akan timbul pertanyaan, "Memang saat ini manusia belum kembali pada TUHAN? Belum!" Buktinya berita tentang kejahatan ini masih banyak. Manusia memang melakukan ritual ibadah keagamaannya, namun sepertinya itu hanya sekedar formalitas belaka. Khotbah yang disampaikan pengkhotbah hanya masuk kuping kiri untuk kemudian mental keluar lagi. Ritual keagamaan yang dilakukan menjadi kewajiban (yang mungkin membebani?) saja. Maka tidak heran, kegiatan beragama jalan terus, korupsi juga ogah berhenti.

Lalu ini perbaikan ini tanggung jawab siapa? Pemuka agama? Tanggung jawab kita semua dong! Secara individu, itu adalah tanggung jawab manusia masing-masing. Menjadi tanggung jawab saya, Anda dalam mempergunakan kehendak bebas (free will) -yang dianugerahkan TUHAN kepada kita- untuk memilih melakukan kehendak TUHAN : Menolak kejahatan, melakukan kebaikan.

Namun secara skills, sebagai manusia yang diberikan berkat dari TUHAN untuk mempelajari lingkup komunikasi pemasaran, seperti ada beban kepada saya untuk mengkomunikasi pemasaran-kan nilai-nilai ini kepada sesama manusia melalui saluran massal yang efisien dan efektif. Yup! Sebuah campaign untuk membujuk, mempersuasi, mempengaruhi manusia untuk kembali kepada TUHAN. Melakukan perintah-NYA, menjauhi larangan-NYA. Itulah produk yang akan saya komunikasikan kepada sesama manusia. Semoga banyak yang tertarik dan 'membelinya'. Setidaknya inilah salah satu cara saya menjadikan hidup saya bermakna selama di dunia ini.

Sebagai langkah pertama, saya komunikasikan hal ini kepada Anda. Syukur-syukur ada praktisi Marketing Communications yang juga tertarik untuk membuat campaign-campaign sejenis.

TUHAN Mau Memakai Kita Sebagai Alat-NYA

Posted in


Dinihari tadi (23 Maret 2010), seperti biasa saya melakukan Saat Teduh (SaTe). Ayat Alkitab yang dijadikan referensi dari Keluaran 14 : 15-31, mengisahkan soal bangsa Israel yang sedang dalam perjalanan keluar dari Mesir. Di depan mereka ada laut Teberau, sementara di belakang mereka ada pasukan Firaun yang mengejar mereka dengan kekuatan penuh.

TUHAN menyuruh Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan dengan itu terbelahlah air laut dengan perantaraan angin timur yang keras. Muncul pertanyaan yang menggelitik saya : Sebenarnya tanpa Musa mengulurkan tanganpun, TUHAN sanggup membelah air laut itu kan? Lalu mengapa TUHAN menginginkan Musa mengulurkan tangannya sehingga air laut terbelah?

Pertanyaan itu menjadi salah satu poin renungan saya dinihari tadi, sampai pada suatu kesimpulan renungan sebagai berikut :

Mengapa TUHAN mau memakai kita sebagai alat-NYA?

  1. Karena hakekat kita sebagai manusia.

Kita diciptakan oleh-NYA, ditebus oleh-NYA. Menjadi sangat wajar kalau TUHAN mau memakai kita sebagai alat-NYA. Karena kita adalah milik TUHAN. Terserah TUHAN mau melakukan apapun terhadap kita. Menyuruh apapun terhadap kita.

  1. Untuk melakukan kehendak-NYA pada orang lain, sehingga nama TUHAN dimuliakan.

Sudah menjadi kehendak TUHAN pada hari itu bangsa Israel dengan selamat menyeberangi laut Teberau, sementara tentara Mesir yang menyusul orang Israel ke laut Teberau mati tergulung air laut. Peristiwa ini memuliakan nama TUHAN, baik kepada orang non percaya (orang Mesir, ayat 25) dan orang percaya baru (orang Israel, ayat 31)

Jadi cari tahu apa kehendak TUHAN yang diinginkan-NYA untuk kita lakukan. Untuk dapat mencari tahu, awali dengan hidup melekat erat dengan TUHAN.

Satu hal yang pasti, TUHAN mau kita menjadi saksi yang memuliakan nama-NYA bagi sesama di sekitar kita melalui kehidupan kita, perbuatan kita, sikap kita dan perilaku kita terhadap mereka.

Ayat bacaan :

Menyeberangi Laut Teberau

14:15 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. 14:16 Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. 14:17 Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. 14:18 Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda." 14:19 Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 14:20 Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu. 14:21 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. 14:22 Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.14:23 Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka -segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda- sampai ke tengah-tengah laut. 14:24 Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. 14:25Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir." 14:26Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." 14:27 Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. 14:28 Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. 14:29 Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. 14:30Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. 14:31 Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.


Sumber foto : xcavator.net

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Powered By Blogger