Welcome Message

Mengapa kita hidup di dunia ini? Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Pertanyaan mendasar yang jawabannya akan menentukan cara kita hidup, dan bagaimana kita hidup. Apakah bermakna atau sia-sia...

twitter

Follow on Tweets

Goodness Campaign

Posted in


Bail out Century yang dicurigai terdapat unsur korupsi, penggelapan pajak, makelar kasus adalah kata-kata yang banyak bersliweran di koran terakhir-terakhir ini. Pusing juga karena setiap hari urat-urat di otak dibetot untuk membaca dan merasakan keprihatinan akan keadaan bangsa ini.

Sebenarnya menurut saya, kunci untuk tiadanya korupsi, penggelapan pajak, ataupun makelar kasus adalah setiap manusia kembali kepada TUHAN. Mungkin akan timbul pertanyaan, "Memang saat ini manusia belum kembali pada TUHAN? Belum!" Buktinya berita tentang kejahatan ini masih banyak. Manusia memang melakukan ritual ibadah keagamaannya, namun sepertinya itu hanya sekedar formalitas belaka. Khotbah yang disampaikan pengkhotbah hanya masuk kuping kiri untuk kemudian mental keluar lagi. Ritual keagamaan yang dilakukan menjadi kewajiban (yang mungkin membebani?) saja. Maka tidak heran, kegiatan beragama jalan terus, korupsi juga ogah berhenti.

Lalu ini perbaikan ini tanggung jawab siapa? Pemuka agama? Tanggung jawab kita semua dong! Secara individu, itu adalah tanggung jawab manusia masing-masing. Menjadi tanggung jawab saya, Anda dalam mempergunakan kehendak bebas (free will) -yang dianugerahkan TUHAN kepada kita- untuk memilih melakukan kehendak TUHAN : Menolak kejahatan, melakukan kebaikan.

Namun secara skills, sebagai manusia yang diberikan berkat dari TUHAN untuk mempelajari lingkup komunikasi pemasaran, seperti ada beban kepada saya untuk mengkomunikasi pemasaran-kan nilai-nilai ini kepada sesama manusia melalui saluran massal yang efisien dan efektif. Yup! Sebuah campaign untuk membujuk, mempersuasi, mempengaruhi manusia untuk kembali kepada TUHAN. Melakukan perintah-NYA, menjauhi larangan-NYA. Itulah produk yang akan saya komunikasikan kepada sesama manusia. Semoga banyak yang tertarik dan 'membelinya'. Setidaknya inilah salah satu cara saya menjadikan hidup saya bermakna selama di dunia ini.

Sebagai langkah pertama, saya komunikasikan hal ini kepada Anda. Syukur-syukur ada praktisi Marketing Communications yang juga tertarik untuk membuat campaign-campaign sejenis.

TUHAN Mau Memakai Kita Sebagai Alat-NYA

Posted in


Dinihari tadi (23 Maret 2010), seperti biasa saya melakukan Saat Teduh (SaTe). Ayat Alkitab yang dijadikan referensi dari Keluaran 14 : 15-31, mengisahkan soal bangsa Israel yang sedang dalam perjalanan keluar dari Mesir. Di depan mereka ada laut Teberau, sementara di belakang mereka ada pasukan Firaun yang mengejar mereka dengan kekuatan penuh.

TUHAN menyuruh Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan dengan itu terbelahlah air laut dengan perantaraan angin timur yang keras. Muncul pertanyaan yang menggelitik saya : Sebenarnya tanpa Musa mengulurkan tanganpun, TUHAN sanggup membelah air laut itu kan? Lalu mengapa TUHAN menginginkan Musa mengulurkan tangannya sehingga air laut terbelah?

Pertanyaan itu menjadi salah satu poin renungan saya dinihari tadi, sampai pada suatu kesimpulan renungan sebagai berikut :

Mengapa TUHAN mau memakai kita sebagai alat-NYA?

  1. Karena hakekat kita sebagai manusia.

Kita diciptakan oleh-NYA, ditebus oleh-NYA. Menjadi sangat wajar kalau TUHAN mau memakai kita sebagai alat-NYA. Karena kita adalah milik TUHAN. Terserah TUHAN mau melakukan apapun terhadap kita. Menyuruh apapun terhadap kita.

  1. Untuk melakukan kehendak-NYA pada orang lain, sehingga nama TUHAN dimuliakan.

Sudah menjadi kehendak TUHAN pada hari itu bangsa Israel dengan selamat menyeberangi laut Teberau, sementara tentara Mesir yang menyusul orang Israel ke laut Teberau mati tergulung air laut. Peristiwa ini memuliakan nama TUHAN, baik kepada orang non percaya (orang Mesir, ayat 25) dan orang percaya baru (orang Israel, ayat 31)

Jadi cari tahu apa kehendak TUHAN yang diinginkan-NYA untuk kita lakukan. Untuk dapat mencari tahu, awali dengan hidup melekat erat dengan TUHAN.

Satu hal yang pasti, TUHAN mau kita menjadi saksi yang memuliakan nama-NYA bagi sesama di sekitar kita melalui kehidupan kita, perbuatan kita, sikap kita dan perilaku kita terhadap mereka.

Ayat bacaan :

Menyeberangi Laut Teberau

14:15 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang Israel, supaya mereka berangkat. 14:16 Dan engkau, angkatlah tongkatmu dan ulurkanlah tanganmu ke atas laut dan belahlah airnya, sehingga orang Israel akan berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering. 14:17 Tetapi sungguh Aku akan mengeraskan hati orang Mesir, sehingga mereka menyusul orang Israel, dan terhadap Firaun dan seluruh pasukannya, keretanya dan orangnya yang berkuda, Aku akan menyatakan kemuliaan-Ku. 14:18 Maka orang Mesir akan mengetahui, bahwa Akulah TUHAN, apabila Aku memperlihatkan kemuliaan-Ku terhadap Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda." 14:19 Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang awan itu bergerak dari depan mereka, lalu berdiri di belakang mereka. 14:20 Demikianlah tiang itu berdiri di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel; dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat, sehingga yang satu tidak dapat mendekati yang lain, semalam-malaman itu. 14:21 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. 14:22 Demikianlah orang Israel berjalan dari tengah-tengah laut di tempat kering; sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.14:23 Orang Mesir mengejar dan menyusul mereka -segala kuda Firaun, keretanya dan orangnya yang berkuda- sampai ke tengah-tengah laut. 14:24 Dan pada waktu jaga pagi, TUHAN yang di dalam tiang api dan awan itu memandang kepada tentara orang Mesir, lalu dikacaukan-Nya tentara orang Mesir itu. 14:25Ia membuat roda keretanya berjalan miring dan maju dengan berat, sehingga orang Mesir berkata: "Marilah kita lari meninggalkan orang Israel, sebab Tuhanlah yang berperang untuk mereka melawan Mesir." 14:26Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke atas laut, supaya air berbalik meliputi orang Mesir, meliputi kereta mereka dan orang mereka yang berkuda." 14:27 Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; demikianlah TUHAN mencampakkan orang Mesir ke tengah-tengah laut. 14:28 Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorangpun tidak ada yang tinggal dari mereka. 14:29 Tetapi orang Israel berjalan di tempat kering dari tengah-tengah laut, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka. 14:30Demikianlah pada hari itu TUHAN menyelamatkan orang Israel dari tangan orang Mesir. Dan orang Israel melihat orang Mesir mati terhantar di pantai laut. 14:31 Ketika dilihat oleh orang Israel, betapa besarnya perbuatan yang dilakukan TUHAN terhadap orang Mesir, maka takutlah bangsa itu kepada TUHAN dan mereka percaya kepada TUHAN dan kepada Musa, hamba-Nya itu.


Sumber foto : xcavator.net

Mana Pilihanmu?

Posted in


Pernah mendengar kata-kata : “Ah males gw, gak ada duitnya!” Saya sering banget lho, biasanya kata itu diucapkan seseorang yang merasa keberatan menjalankan tugasnya karena tidak ada bonus uang ketika ia menjalankan tugas itu, meski sebenarnya dirinya memang bertugas untuk hal itu. Lugasnya memang ia dibayar atau dipekerjakan untuk melakukan tugas itu.

Biasanya meskipun melakukan tugas itu, didasari karena terpaksa saja, dan bukan karena kesadaran dan tanggung jawabnya. Maka jangan heran kalau hasilnya pun cenderung tidak maksimal, bahkan bisa jadi berantakan. Padahal di luar sana, masih banyak orang yang setiap harinya merenung nasib karena belum mendapatkan pekerjaan, meski kemampuannya bisa jadi di atas pekerja yang setengah hati tersebut. Hanya karena kemujuran belum berpihak padanya.

Parahnya lagi sindrom “Males, karena gak ada duitnya” ini tidak hanya menghinggapi pekerja kelas akar rumput, namun juga menulari sampai ke pucuk-pucuk pimpinan. Entah itu pimpinan perusahaan, ataupun pimpinan/petinggi Negara. Padahal kalau diteliti lebih lanjut, penghasilan para pucuk ini sangatlah cukup, bahkan mungkin berkelebihan. Semua pengeluaran ditanggung, bahkan sampai membeli garam untuk urusan rumah tangganya. Jadi si pucuk ini bernafas pun sudah dibayar. Terus kenapa mereka bisa melakukan hal itu ya? Padahal secara pendidikan ok, secara keagamaan pun mereka termasuk orang yang rajin beribadah pada waktunya,

Saya punya teori seperti ini, mereka keliru dalam membedakan stimulus yang masuk, dan juga mereka lemah untuk menolak stimulus yang negatif sehingga dengan kehendak bebas (free will) mereka memilih untuk menerima stimulus yang negatif. Seperti tulisan saya yang terdahulu mengenai “Hidup Ini Adalah Pilihan” bahwa stimulus yang masuk itu ada dua : Positif (kebaikan, kesalehan) dan negatif (godaan, menjurus pada dosa). Kekeliruan dalam membedakan stimulus yang masuk atau pun kelemahan mereka bisa disebabkan karena mereka tidak hidup melekat (bukan sekedar dekat) dengan TUHAN. Mungkin saja mereka menjalankan kewajiban agama pada waktunya, namun sesungguhnya itu dilakukan sebagai sekedar kewajiban belaka dan bukan didasari karena mereka mencintai TUHAN. Karena kalau seseorang mencintai TUHAN, pasti mencintai Firman-NYA, mencintai larangan-NYA, yang akhirnya mewujud dalam segala tindak-tanduk mereka menjalani hidup.

Nah kalau kita ingin bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, sebenarnya jawabannya hanya ada satu : Kembali mencintai TUHAN. Ini bukan hanya tugas para rohaniwan, tapi kewajiban kita semua. Namun sekali lagi kita memiliki kehendak bebas untuk memilih. Memilih untuk mencintai TUHAN atau menjauhi TUHAN. Mana pilihanmu?

Sumber foto : Koleksi pribadi

Status : Membaca Buku The Screwtape Letters

Posted in




Beberapa minggu terakhir ini saya sedang membaca buku tulisan Clive Staples Lewis atau lebih dikenal dengan C. S. Lewis yang berjudul "The Screwtape Letters"


Belum selesai karena saya harus mencari dan mendapatkan waktu yang benar-benar mendukung untuk membaca. Tenang, sehingga dapat memahami isi buku itu dengan baik. Dan tentunya sesuai gilirannya buku itu dibaca. Karena ada sekitar 300 buku lainnya yang juga 'berteriak' minta dibaca. Well mungkin agak 'lebay' ya, tapi memang itulah keadaannya, bertumpuk buku belum sempat saya baca, namun telah saya beli. Memang sudah menjadi cita-cita juga untuk membuat perpustakaan pribadi. :)

Oh iya bagi yang belum tahu C. S. Lewis berikut biodatanya yang saya dapat di bukunya ini :

Clive Staples Lewis (1898-1963) adalah salah seorang intelektual besar abad kedua puluh dan penulis yang diakui paling berpengaruh pada masanya. Dia adalah anggota dan pengajar literatur Inggris di Universitas Oxford hingga tahun 1954. Pada tahun yang sama dia terpilih dengan suara bulat menjadi Kepala Studi Abad Pertengahan dan Sastra Inggris Renaissance di Universitas Cambridge, sebuah jabatan yang diembannya hingga pensiun. Dia menulis lebih dari 30 buku, yang memungkinkannya menjangkau sangat banyak pembaca, dan setiap tahun karya-karyanya terus menarik ribuan pembaca baru. Karyanya yang termasyhur dan populer meliputi The Chronicles of Narnia, The Cosmic Trilogy, The Four Loves, The Screwtape Letters, dan Mere Christianity

Jadi memang C. S. Lewis ini seorang yang bukan saja mahir menulis namun juga pintar. Ia membagikan pikiran pintarnya melalui kemahirannya dalam menulis.


Sumber foto : Google

Hidup Ini adalah Pilihan

Posted in


Hidup ini memang memiliki banyak makna. Makanya kita harus menjalankanya dengan penuh bermakna, agar tidak sia-sia.Salah satunya adalah : Hidup ini adalah pilihan. Setiap detik kita diperhadapkan dengan pilihan. Hal ini memang sudah dirancangkan TUHAN sejak semula. Karena TUHAN kita adalah ALLAH yang demokratis. Namun demokratis yang benar bertanggung jawab. Dalam arti kalau kita menyalahgunakan fasilitas demokratis yang diberikan-NYA sebenarnya itu kesalahan kita sendiri. Masih bingung?

Pernah gak pada saat berjalan-jalan tiba-tiba ada pikiran yang muncul, yang bahkan sebelumnya tidak pernah terpikirkan? Entah pikiran negatif atau pikiran positif, tiba-tiba saja masuk ke pikiran kita. Mungkin juga saat diperhadapkan situasi yang dapat membuat kita tersinggung, ada perasaan ingin marah, ngamuk, kalap, dan kata lain yang tepat untuk menggambarkannya. Atau saat melihat orang lain yang kesusahan, tiba-tiba kita merasa iba. Kosakata yang saya gunakan untuk menamai hal itu itu saya sebut stimulus. Yup, stimulus positif atau negatif bisa tiba-tiba masuk dalam pikiran kita. Tanpa bisa kita cegah bukan?

Nah pada saat stimulus itu masuk memang tidak dapat kita cegah, namun –di sinilah demokratisnya TUHAN kita itu- kita mempunyai kehendak bebas untuk memilih, pilihan itu adalah :

  1. Memikirkan impuls itu lebih lanjut

· Kalau impuls yang datang postif (kebaikan, kesalehan), kita akan memikirkan bagaimana kebaikan itu dilakuan, sampai akhirnya kebaikan itu nyata dalam tindakan kita.

· Kalau impuls yang datang negatif (melakukan dosa), kita akan memikirkan bagaimana melakukannya, membayangkan kenikmatan dari melakukan dosa tersebut (sampai di sini saja, kita telah berdosa dalam pikiran), sampai akhirnya dosa itu kita lakukan dalam tindakan kita.

  1. Memilih untuk men-delete (seperti komputer) impuls tersebut tanpa mau memasukkannya ke pikiran.

Kalau boleh mengandaikan dalam sebuah perumpamaan : “Kita tidak dapat menghalangi burung terbang di atas kepala kita, namun kita dapat mencegahnya/mengusirnya agar tidak bersarang di kepala kita.”

Demokratis bukan? Kita diberikan pilihan oleh TUHAN, mau melakukan dosa atau tidak. Resiko ditanggung sendiri. Sayangnya kecendrungan manusia itu adalah menuruti keinginan dagingnya sendiri, yang –sekali lagi- sayangnya adalah melakukan dosa. Pokoknya melakukan dosa itu pasti memuaskan hawa nafsu kedagingan kita deh. Sehingga karena terlalu banyaknya dosa tanpa pernah bertobat, kita tidak dapat membedakan atau malah tertukar setiap stimulus yang datang.

Berarti TUHAN lepas tangan dong? Kok DIA menciptakan manusia lengkap dengan kesadarannya namun akhirnya tunduk pada dosa? Nah TUHAN Yang Maha Kuasa itu tidak pernah gagal rencana-NYA. Ada dua hal yang diberikan-NYA bagi manusia berdosa :

  1. Karya penebusan di dalam Yesus Kristus, diri kita sudah ditebus, segala dosa kita sudah dihapus.
  2. Setelah dosa dihapus, bukan berarti stimulus (terutama yang negatif) itu berhenti. Namun kalau kita hidup melekat dengan TUHAN, kita akan diberikan hikmat untuk membedakan setiap simulus yang datang; apakah itu sesuai dengan kehendak TUHAN : Apa yang baik, yang berkenan kepada ALLAH, dan yang sempurna. Dan kecendrungan untuk menerima stimulus yang positif (sesuai kehendak ALLAH) ini, sekaligus menolak stimulus negatif.

Lihat TUHAN bertanggung jawab kan? DIA tidak meninggalkan kita begitu saja. Hanya seringkali kita keliru dalam mempergunakan kehendak bebas (free will) kita dalam memilih.

Sumber foto : Koleksi pribadi.

Memaknai Hidup dengan Sudut Pandang yang Berbeda

Posted in


Dapat kiriman artikel dari seorang teman, selamat menikmati!

Seorang anak laki2 tunanetra duduk di tangga sebuah bangunan dengan sebuah topi terletak di dekat kakinya. Ia mengangkat sebuah papan yang bertuliskan: 'Saya buta, tolong saya.' Hanya ada beberapa keping uang di dalam topi itu.

Seorang pria berjalan melewati tempat anak ini. Ia mengambil beberapa keping uang dari sakunya dan menjatuhkannya ke dalam topi itu. Lalu ia mengambil papan, membaliknya dan menulis beberapa kata. Pria ini menaruh papan itu kembali sehingga orang yang lalu lalang dapat melihat apa yang ia baru tulis. Segera sesudahnya, topi itu pun terisi penuh. Semakin banyak orang memberi uang ke anak tuna netra ini. Sore itu pria yang telah mengubah kata-kata di papan tersebut datang untuk melihat perkembangan yang terjadi. Anak ini mengenali langkah kakinya dan bertanya, 'Apakah bapak yang telah mengubah tulisan di papanku tadi pagi? Apa yang bapak tulis?'

Pria itu berkata, 'Saya hanya menuliskan sebuah kebenaran. Saya menyampaikan apa yang kamu telah tulis dengan cara yang berbeda.' Apa yang ia telah tulis adalah: 'Hari ini adalah hari yang indah dan saya tidak bisa melihatnya.'
Bukankah tulisan yang pertama dengan yang kedua sebenarnya sama saja?

Tentu arti kedua tulisan itu sama, yaitu bahwa anak itu buta. Tetapi, tulisan yang pertama hanya mengatakan bahwa anak itu buta. Sedangkan, tulisan yang kedua mengatakan kepada orang-orang bahwa mereka sangatlah beruntung bahwa mereka dapat melihat. Apakah kita perlu terkejut melihat tulisan yang kedua lebih efektif?

Moral dari cerita ini:
Bersyukurlah untuk segala yang kau miliki. Jadilah kreatif. Jadilah innovatif. Berpikirlah dari sudut pandang yang berbeda dan positif.
Ajaklah orang-orang lain menuju hal-hal yang baik dengan hikmat. Jalani hidup ini tanpa dalih dan mengasihi tanpa rasa sesal. Ketika hidup memberi engkau 100 alasan untuk menangis, tunjukkan pada hidup bahwa engkau memiliki 1000 alasan untuk tersenyum.
Hadapi masa lalumu tanpa sesal.
Tangani saat sekarang dengan percaya diri.
Bersiaplah untuk masa depan tanpa rasa takut.
Peganglah iman dan tanggalkan ketakutan.

Orang bijak berkata, 'Hidup harus menjadi sebuah proses perbaikan yang terus berlanjut, membuang kejahatan dan mengembangkan kebaikan... Jika engkau ingin menjalani hidup tanpa rasa takut, engkau harus memiliki hati nurani yang baik sebagai tiketnya.

Hal yang terindah adalah melihat seseorang tersenyum..
Tapi yang terlebih indah adalah mengetahui bahwa engkau adalah alasan di belakangnya! !!

Sumber foto : xcavator.net

Iman yang Memindahkan Gunung

Posted in


Bacaan : Matius 21 : 21,22; Yohanes 15 : 1-8; Filipi 2 : 5; Yakobus 4 : 3

Saat Yesus mengutuk pohon ara yang seketika menjadi kering, murid-murid Yesus tercengang. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-NYA bahwa mereka pun dapat melakukan hal yang serupa, bahkan memindahkan gunung. Sungguh suatu iman yang luar biasa!

Iman seperti ini tidak dimiliki oleh orang Kristen yang hanya merasa puas dengan pengakuan bibir dan merasa percaya. Namun kepada mereka yang adalah murid Yesus, pengikut Yesus. Seperti murid-murid yang senantiasa mengikuti Yesus kemanapun Yesus pergi, hal ini pun berlaku untuk kita jika kita memang murid Yesus yang benar-benar melakukan semua persyaratan mengikut Yesus (Matius 16 : 24). Secara singkat : Mereka yang hidup melekat erat dengan TUHAN sehingga peka mendengar suara TUHAN.

Mengapa demikian? Pada saat kita hidup melekat erat dengan BAPA, kita akan berpikir dan merasakan seperti yang TUHAN rasakan, peka mendengar suara TUHAN. Karena TUHAN menaruh pikiran dan perasaan-NYA pada kita. Sehingga pada saat kita menginginkan sesuatu dan mendoakannya, tentu saja TUHAN mengabulkannya, karena keinginan tersebut sebenarnya berasal dari TUHAN, ditaruh TUHAN dalam pikiran kita.

Namun sayangnya memiliki persekutuan yang melekat erat dengan TUHAN bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran untuk rela menyerahkan diri kepada TUHAN. Sementaran manusia -biasanya- jika dalam keadaan di atas angin, tanpa kesulitan, manusia cenderung 'lupa' untuk melekat erat dengan TUHAN. Namun saat manusia mengalami kesulitan hidup -yang kita kenal sebagai pembentukan dan pemrosesan-, lebih mudah untuk datang dan berserah pada TUHAN.

Jadi kalau saat ini sedang mengalami kesulitan hidup, seharusnya kita bersyukur, karena itu berarti kita sedang dibentuk dan diproses TUHAN, dibersihkan oleh TUHAN untuk kita memiliki persekutuan yang melekat erat dengan BAPA. Dan tidak usah menunggu datangnya kesulitan untuk hidup melekat erat dengan BAPA, lakukan sekarang! GOD love u, u know!


Karena hidup yang bermakna adalah hidup yang melekat pada TUHAN!


Sumber foto : xcavator.net

Anugerah

Posted in


Hidup yang bermakna dimulai pada saat kita menerima anugerah keselamatan. Keselamatan yang diberikan bukan karena usaha kita, namun karena belas kasih TUHAN semata. Seharusnya orang yang sudah diselamatkan oleh karena iman harus menunjukkan imannya dengan perbuatan. Melakukan perbuatan baik, perbuatan benar, perbuatan yang berkenan kepada TUHAN, karena orang tersebut sudah diselamatkan. Dan bukan karena mengusahakan keselamatan. Disinilah makna dari kehidupan orang-orang yang sudah diselamatkan.
---------------------------------------------------------------

Bacaan : Efesus 2 : 8-10

Dari banyak kata yang sering muncul di kalangan orang Kristen, kata "anugerah" adalah salah satunya. Dalam bahasa Ibrani, anugerah disebut 'khen' (dengan topi diatas huruf e), dan dalam bahasa Yunani 'kharis'. Dua kata ini memiliki kesamaan pengertian, yaitu "pemberian atau perbuatan baik dari seseorang yang berkedudukan tinggi (atasan) kepada orang yang levelnya lebih rendah". Kata 'khen' dan 'kharis' juga berarti "sebuah pemberian tanpa melihat kepantasan si penerima pemberian tersebut", dan juga berarti "pemberian yang memiliki nilai tinggi dan sangat dibutuhkan". Kata "anugerah" sama pengertiannya dengan "kasih karunia" atau "rahmat"

Agar dapat menerima anugerah TUHAN secara benar, maka kita harus mengerti di mana letak anugerah dalam keselamatan yang TUHAN berikan kepada kita. Apakah terletak kepada cara menerima keselamatan? Atau, apakah anugerah itu terletak pada nilai keselamatan itu sendiri, yaitu kesediaan ALLAH menjadi manusia? Apakah nilai anugerah terletak pada kedua-duanya?

Doktrin keselamatan hanya oleh anugerah (Inggris : 'only by grace'; Latin : 'sola gratia') terambil dari Efesus 2 : 8-9. Teks ini lebih populer pada ajaran yang menekankan kemutlakan kedaulatan ALLAH dalam menentukan keselamatan atas setiap individu. Sayangnya, tidak jarang pengajaran ini memberi tekanan yang tidak pada proporsinya terhadap proses penyelamatan umat manusia. Dikatakan untuk menerima keselamatan, manusia tidak perlu berbuat apa-apa, yang penting pengakuan bibir dan perasaan percaya. Dikesankan bahwa sekalipun seorang manusia bertindak pasif, asal dia orang terpilih, maka ia bisa selamat. Padahal dalam Perjanjian Baru sesuai yang diajarkan oleh TUHAN Yesus, tidak ada satu ayat pun yang menyatakan bahwa cara menyambut keselamatan juga bernilai anugerah. Selalu ada tantangan, pertaruhan atau barter untuk mengikut TUHAN Yesus atau dalam menerima anugerah tersebut. Manusia menyambut keselamatan itu dengan aktif melalui iman (ayat 8), dan iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2 : 26).

Kata-kata "bukan hasil usahamu tetapi pemberian ALLAH... bukan hasil pekerjaanmu" kalau tidak diteropong dengan benar bisa membangkitkan suatu kesan bahwa perbuatan baik tidak diperlukan. Bahkan membangun kecurigaan, seolah-olah perbuatan baik dalam Kekristenan dapat menjadi ancaman dan bisa merusak doktrin keselamatan 'sola gratia'. Sesungguhnya, manusia menerima anugerah secara aktif, sehingga perbuatan baik itu sejalan dengan 'sola gratia' (ayat 10). Marilah memahami hal ini dengan benar, sehingga kita menerima keselamatan secara maksimal.

Sumber : Alkitab, renungan "TRUTH" edisi 2 Maret 2010.

All glory just for our GOD,
Erick


Sumber foto : xcavator.net

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Powered By Blogger