Welcome Message

Mengapa kita hidup di dunia ini? Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Pertanyaan mendasar yang jawabannya akan menentukan cara kita hidup, dan bagaimana kita hidup. Apakah bermakna atau sia-sia...

twitter

Follow on Tweets

Hukum Taurat Dan Salib

Posted in

Saat sedang membaca Renungan Truth hari ini, 7 Juni 2013, http://www.truth-media.com/paket-istimewa, pikiran gw menerawang untuk menelaah alasan di balik pernyataan “jika Tuhan Yesus tidak mati di kayu salib maka manusia akan langsung meluncur terpisah dari Allah selamanya”. Apa ya alasannya? Nah...di bawah ini uraiannya. Loe bisa setuju, bisa tidak setuju. Bebas kok.
http://id.amazinghope.net

Jika Tuhan Yesus Tidak Mati Di Kayu Salib

Semua manusia langsung menuju neraka. Karena semua manusia sudah berdosa, bahkan dari keberadaannya di dalam kandungan, karena dosa turunan dari Adam.

Melakukan hukum Taurat secara ketat juga tidak berguna. Mengapa? Karena, IMO, melakukan hukum Taurat (Dekalog) tidak bersifat menghapus dosa. Secara fungsinya, hukum Taurat berguna untuk: Mencegah manusia berbuat dosa, dan menjadikan manusia pribadi yang baik.

(Muncul pertanyaan, bagaimana dengan korban penghapus dosa seperti domba, kambing, lembu; yang disebutkan dalam kitab-kitab Musa? Korban penghapus dosa itu digunakan untuk menghapus dosa yang diperbuat setelah hukum Taurat ada.

Lalu bagaimana dengan dosa turunan dari Adam, dosa sebelum hukum Taurat ada, dosa yang tidak diingat sehingga lupa melakukan korban penghapus dosa? Bukankah itu semua akan membuat manusia menuju ke neraka?

Lalu mungkin muncul pertanyaan lagi, “seharusnya mereka yang hidup sebelum hukum Taurat lahir bebas dari dosa. Karena dosa di saat mereka hidup belum didefinisikan sebagai dosa”? Coba baca Kejadian 13:13 “Adapun orang Sodom sangat jahat dan berdosa terhadap Tuhan”. Hukum Taurat belum lahir di kala peristiwa Sodom dan Gomora, namun ternyata sudah ada istilah dosa.

Sepertinya hukum Taurat bisa berlaku surut untuk penerapan "punishment"-nya. Namun untuk masalah korban penghapus dosa, orang yang hidup di kala itu belum mengenalnya. Jadi jika mencoba dikuantifikasikan, orang yang hidup di masa belum mengenal korban penghapus dosa, dan dibandingkan dengan orang yang hidup di masa sudah mengenal korban penghapus dosa; maka yang paling banyak dosanya ada di golongan orang yang pertama).

Karena Tuhan Yesus Mati Di Kayu Salib

Maka semua manusia akan diadili perbuatannya berdasarkan kesesuaian hidupnya dengan hukum Taurat (Dekalog).

Dosa turunan Adam bisa dihapus, hal ini berarti korban Tuhan Yesus di kayu salib berlaku surut (adapun dosa yang dilakukan sebelum hukum Taurat ada dan dosa yang tidak diingat, diadili berdasarkan kesesuaian dengan hukum Taurat). Sekarang tinggal hitung-hitungan kesesuaian hidup seseorang dengan hukum Taurat, sudah sesuaikah atau justru melanggar?

Makanya kita bisa ngerti Tuhan Yesus bilang bahwa Ia ada untuk menggenapi hukum Taurat (Matius 5:17). Tanpa Tuhan Yesus turun ke dunia, dan mati di kayu salib, maka hukum Taurat tidak berfungsi apa-apa-sepatuh apapun manusia melakukannya. Tetap tidak ada pengadilan, karena manusia langsung ditransfer ke neraka, disebabkan dosa yang tidak mungkin dihapus dalam hidup manusia: Dosa turunan dari Adam (Roma 5:15).

Btw silakan baca Roma 5:12-21 deh, menjelaskan hubungan Adam dan Kristus.

Lanjut Mengenai Hukum Taurat

IMO, secara fungsi, hukum Taurat untuk:
1. Mencegah manusia berbuat dosa
2. Menjadikan seseorang pribadi yang baik

Melakukan hukum Taurat mirip dengan menyangkal diri (langkah awal dari “to do list” mengikut Yesus)


Nah sekian dulu tulisan gw. Silakan komentar lho. Nite nite!

Masih Mengenai Stimulus

Posted in



Tuhan
 dan sains seharusnya tidak pernah berlawanan. Mengapa? Karena sains pastilah diciptakan Tuhan. Dan gw termasuk orang yang percaya bahwa sains merupakan alat bantu/penunjang yang diciptakan Tuhan untuk memahami dan melakukan kehendak Tuhan. Salah satunya sains tubuh manusia, jadi penting banget memahami mekanisme kerja otak, kerja tubuh, untuk bisa melakukan kehendak Tuhan. Untuk bisa menahan emosi dalam kaitan menyangkal diri misalnya, maka jauhi makanan berlemak. Untuk bisa berpikir jernih, maka dibutuhkan istirahat yang cukup; dan sejenisnya. 

Makanya jadi Kristen itu gak gampang, Kristen kan berarti seperti Kristus; menguasai diri dalam segala hal. Untuk bisa menguasai diri ya loe harus kenalin luar dalam diri loe, mekanismenya, prosesnya, dan etc. Dan proses memahami diri untuk kemudian menguasainya itu sama makna dengan Lukas 14:28-33. Hitung anggarannya, lihat kekuatan diri loe, sanggup gak menaklukannya? Dan kalo loe udah paham mekanismenya, gw yakin pasti banyak di antara loe yang bilang: "Wah ini mah berat banget, untuk gak punya keinginan diri sendiri selain keinginan Tuhan seperti jadi orang mati". Emang berat, emang secara hitung-hitungan normal manusia tidak akan bisa mematikan keinginan dirinya sendiri. Makanya loe nekat aja. :D

Stimulus yang disampaikan ke jiwa juga merupakan hal yang, IMO, penting untuk dipahami luar dalam. Karena stimulus yang sampai ke jiwa ini, maka kita tidak/bisa melakukan dosa. Di Facebook gw, ada teman yang memasang status “ternyata stimulus ada yang dari luar juga ya...”. Status ini menarik perhatian gw, hmm...apakah bener ada ya stimulus dari luar? Karena selama ini proses stimulus-organisme-respon yang gw alami selalu berlangsung di internal diri. 

Gw coba simulasi kasus, dan sampailah pada suatu kesimpulan: “Stimulus itu berasal dari dalam diri manusia, karena baik stimulus yang berasal dari daging atau dari roh, adanya di dalam diri sendiri.” Sisa artikel selanjutnya akan gw paparkan alasannya.

Contoh kasus:

-          Seseorang yang dulunya ‘sakit’ hobi gadget terbaru, saat melihat iklan peluncuran telepon pintar terbaru pasti berdesir dagingnya. ‘Kesalahan’ bukan pada iklannya (meskipun sebenarnya iklan dirancang agar orang yang melihat/mendengar iklan tergiur untuk melakukan transaksi pembelian), namun karena di dalam diri orang itu ada ‘daging’ yang segera merespons pesan iklan yang ditangkap panca indera lalu mengirimkan stimulus keinginan mata (mungkin juga bersama dengan stimulus keangkuhan hidup) kepada jiwa.
-          Saat mendengar atau mengikuti khotbah SK, biasanya jiwa kita tidak berhenti mengucapkan “amin Tuhan” “ya Tuhan” “saya mau Tuhan”. Stimulus yang datang bukan dari khotbahnya, tapi karena ada roh dalam diri kita yang segera merespons pesan khotbah SK yang ditangkap panca indera lalu mengirimkan stimulus kepada jiwa.

Menurut pendapat gw, ransang/stimulus ke jiwa hanya bisa diberikan oleh daging atau oleh roh. Dan keduanya ada di dalam diri. Sementara hal yg menyebabkan terjadinya stimulus adalah pemantik/pemicu yg ditangkap panca indera (jika pemantik dari luar).

Alasan gw lainnya bahwa stimulus berasal dari dalam diri kita adalah begini:

-          Jika stimulus berasal dari luar diri kita, maka ada kemungkinan kita menyalahkan pihak luar sebagai ‘kambing hitam’ yang memprovokasi kita saat kita melakukan dosa. Padahal kita berdosa ya karena kita memilih (dengan free will) untuk berdosa.
-          Jika stimulus berasal dari luar diri kita, maka ada kemungkinan kita mengagungkan pribadi manusia/sebuah institusi secara berlebihan. Hal ini selain berdosa bagi diri kita, juga berpotensi menjatuhkan pribadi/institusi tersebut.    

Lalu apa dong istilahnya? Gw sih mengistilahkan contoh iklan gadget dan khotbah SK itu sebagai pemantik (seperti korek api) timbulnya stimulus. Penyebab timbulnya stimulus. Mengapa disebut pemantik? Karena –balik lagi ke simulasi kasus- ada orang yang bisa terkena stimulus keinginan mata dan keangkuhan hidup saat melihat iklan gadget, tapi ada juga yang datar aja gitu saat melihat iklan tersebut. Lalu stimulus sendiri apa dong? IMO sik, ide/pesan/informasi yang dikirimkan daging atau roh ke jiwa, dengan tujuan agar jiwa mengakses/menyetujui/mengeksekusi-nya dalam bentuk pikiran, perkataan, perbuatan.

Lalu mengapa dalam psikologi, pemantik dalam istilah gw, diartikan sebagai stimulus ya? IMO, sekali lagi menurut gw, karena ilmu psikologi tidak memperhitungkan komunikasi internal yang terjadi antara roh atau daging dengan jiwa. Bagi ilmu psikologi, stimulus datang kepada organisme (manusia) dan terjadilah respon.   

Tadinya gw juga bingung, ini "sesuatu yg menyebabkan stimulus" kan sebenarnya stimulus juga ya? Masa stimulus disebabkan stimulus? Cuma memang tubuh manusia itu...ya begitu deh. Saat Erick berbuat dosa, sebenarnya jiwa Erick ya dipengaruhi daging Erick. Jadi saat Erick berbuat dosa, ya bener2 100% karena Erick. Jiwa Erick, daging Erick, roh Erick, ya Erick juga kan namanya.

Lalu gw sadari bahwa yg memberi input/informasi/ajakan/stimulus kepada jiwa manusia (untuk melakukan/tidak melakukan) sebenarnya ada 2: daging atau roh.

Simulasi kasus deh ya. Meskipun gw sedang dinasihati oleh Ibu gw, tetep saja yg akan memberi masukan ke jiwa u/ menerima/tdk menerima nasihat Ibu gw adalah daging, atau roh. Lalu nasihat Ibu gw itu berperan sebagai apa dong? Nah...di sini seperti yg gw tuliskan bahwa gw sempet bingung. Apakah stimulus? Tapi masa stimulus disebabkan stimulus? Kondisi pra stimulus? Bisa jadi. Tapi apa namanya? Ya udah gw milih pemantik/pemicu stimulus.

Jadi mengapa saya membedakan stimulus dan pemantik, karena, IMO, yg namanya stimulus hanya bisa dihantarkan oleh daging atau roh kepada jiwa. Sementara kondisi/sesuatu yang menyebabkan stimulus timbul gw istilahkan pemantik. Bisa juga diistilahkan pra stimulus atau apapun namanya. Cuma secara bentuk, ya sesuatu inilah yg menyebabkan stimulus timbul di area daging atau roh, untuk kemudian dihantarkan kepada jiwa guna diputuskan nasibnya: dilakukan/tidak dilakukan. Dan semua pemantik yang ditujukan untuk roh kita pasti berasal dari Roh Kudus, sebaliknya, semua pemantik yang ditujukan untuk daging kita pasti berasal dari dunia/iblis.

Lalu, kalau tidak ada pemantik, maka tidak ada stimulus (yang dihantarkan daging), dan artinya orang tidak bisa berbuat dosa? Secara teori iya. Cuma selama manusia hidup, rasanya tidak mungkin terdapat kondisi tidak ada pemantik dalam hidup kita, hal ini dikarenakan pemantik bisa berasal dari luar diri kita seperti iklan gadget dan khotbah SK, namun juga bisa berasal dari dalam diri kita seperti rasa lapar haus, atau rasa kebelet misalnya. Lagipula jika tidak terdapat pemantik ini, maka manusia juga tidak bisa mencapai kondisi menjadi manusia seperti yang dikehendaki Tuhan, harus ada ujian baru bisa mendapat kenaikan kelas bukan. Dan jika tidak terdapat pemantik, berarti kita tidak mendapat tuntunan pemahaman Alkitab juga.   

Satu hal yang, menurut gw, membuat pemantik efektif banget untuk membangkitkan stimulus: Masa lalu. Otak manusia itu seperti komputer, jika dulu terdapat corrupted file bernama “gila gadget terbaru”, maka setelah hidup baru tidak serta merta file itu terhapus secara otomatis, masih ada sisa-sisanya di bagian yang tersembunyi di otak. Maka saat melihat iklan gadget tersebut, si daging lebih mudah dalam mengirimkan stimulus keinginan mata untuk meyakinkan jiwa agar tergiur/mengingini gadget tersebut, karena si jiwa sendiri dulu pernah merasakan dan kemudian mengingat kembali kenikmatan memiliki gadget terbaru. Hal ini berlaku pula untuk pemantik stimulus roh. Makanya penting banget deh untuk menanamkan file “Cinta Tuhan dengan segenap hidup” sedari dini kepada anak-anak kita.

Corrupted file ini bisa hilang memang, namun melalui proses pembersihan yang konstan, yaitu (IMO): Saat melihat iklan gadget terbaru lainnya, segera pasang kuda-kuda untuk memblok stimulus.

Ok...sekian dulu dari gw, makasi untuk perhatiannya. Btw gw tau banget, konsep stimulus gw beda sama konsep stimulus yang ada di kamus psikologi, maka itu kalau mau komen silakan lho. GBU!     

Secret Agent

Posted in


Suatu ketika loe melihat seorang Jepang tersesat  kebingungan. Sebagai orang yang bae hati, pastinyah loe tergerak menolongnya. Loe dekati dia, dan loe bilang ke dia: “Halooo juragan.....tersesat yah? Mau ke mana sih gan? Ngomong nih sama abang...abang bantuin cariin dah alamatnya..”

Si turis bengong? Kenapa? Ya iyalah bengong! Orang Jepang loe ajakin berbahasa Indonesia jaman Pitung masih berjaya. Ndak bakalan koneklah sama dia. Akhirnya tuh Jepang bengong karena bingung mau jawab apaan. Loe pun bingung kenapa si Jepang gak mau loe bantuin.
Sumber gambar: http://akuanahusna.blogspot.com


Itu sketsa doang sik. Betapa pentingnya yang namanya komunikasi, lebih dalam lagi, how to say yang tepat. Gw gak akan panjang lebar nerangin teori-teori komunikasi ke loe. Karena gw bukan dosen (saat ini), dan males juga kalii yeee terlalu text books. Kalo loe mau memberitakan kebenaran yang murni, pastinya loe mau orang yang mendengar berita kebenaran itu merespon dengan positif kan? Loe mau orang menanyakan lebih lanjut soal berita kebenaran itu kan? Cuma bagaimana bisa, kalo loe ngomong pakai bahasa planet, sementara doi orang bumi???

Jadi sebelum loe berbagi berita kebenaran di tempat publik (di kereta, busway, kantin, FB, atau Twitter), pastiin hal ini: siapa audience yang akan mendengarnya? Dan temukan bahasa yang tepat serta mudah dimengerti oleh mereka. Dengan demikian, loe bisa menerapkan how to say yang tepat dan sesuai bagi mereka.

Kampanye untuk mengajak tunawisma hidup sehat dan bersih akan percuma jika bahasa yang dipakai adalah bahasa sekolahan tingkat tinggi. Tapi kalo loe ngobrol di kalangan pembelajar teologi dan membagikan berita kebenaran dengan bahasa yang “teologi banget” ya ndak masalah toh.

IMO, itu sebabnya majalah Truth berisi materi teologi yang berat dibandingkan majalah-majalah Kristiani lainnya, karena memang ditujukan untuk pribadi yang tertarik dengan kebenaran yang murni dan berminat banget belajar. Cuma bukan berarti kalo kita berbagi ke orang lain, lalu kita menggunakan ‘bahasa’ yang sama dengan majalah Truth. Know your audience itu penting ciin, supaya berita yang kita sampaikan tidak terbuang percuma hanya karena keliru how to say.

Memahami audience dan menemukan bahasa yang tepat serta mudah dimengerti, bagi gw, artinya kita menjadi secret agent, agen rahasia. Misi kita adalah bagaimana orang yang jadi target bisa berubah arah, berubah ideologi keyakinan. Menjadi agen rahasia artinya kita harus menyamar, memahami siapa mereka. Dari luar sama, tapi dalamnya beda. Kita tetep berteman dengan siapa pun juga, namun mindset kita soal hidup ini beda dari temen-temen kita.

Jadi agen rahasia artinya kita udah pasti harus terlatih, teguh, dan kuat menahan tekanan. Baik tekanan keras maupun tekanan yang memabukkan. Kalo kita gak terlatih, gak teguh, dan gak kuat menahan tekanan, bukan target kita yang berubah ideologi keyakinan, tapi malah kita sendiri yang menjadi pengkhianat. Nah lhooo.

Oke. Segitu dulu dari gw, makasi untuk perhatiannya. Komen silakan lho. GBU!       

Ini Toh Artinya Mamon Yang Tidak Jujur

Posted in


Mamon yang tidak jujur. Aposeeehhh iniiii? Ada yang tahu artinya gak? Gw tahu sik artinya Mamon itu kekayaan, cuma gw masih bingung aja kenapa kekayaan bisa tidak jujur. Cara mendapatkannya gitu tidak jujur? Cuma kan ada juga orang-orang pekerja keras, mereka yang ulet dan tekun mencari uang, dan tidak menyimpang; lalu mereka menjadi kaya raya. Nah kalo situasinya kaya gitu, disebut Mamon yang tidak jujur juga gitu?

Kalo ada di antara loe yang bingung, maka kita kudu shake hand, karena gw juga sama bingungnya sama loe mengenai pernyataan “Mamon yang tidak jujur”. Sampai pada suatu hari gw baca Renungan Truth dan mendengar khotbah Minggu yang dibawakan Pdt. Erastus Sabdono...oh ternyata maksuteee begini tohhhhh...
Sumber: http://m.jakartapress.com

Jadi gini. Mamon yang tidak jujur itu sangat bergantung apa persepsi kita kepada yang namanya kekayaan. Saat kita bergantung kepada kekayaan, kita merasa hidup kita nyaman, aman tenteram, bebas dari gangguan. Kita merasa bahwa kekayaan yang kita miliki dapat menyelesaikan segalanya. Kita merasakan ‘firdaus’ di atas bumi ini. Sebegitu terlenanya kita kepada kekayaan, bahkan kita menjadi tidak memikirkan kehidupan kekal bersama Tuhan di keabadian nanti. Kita menjadi melupakan perjuangan keselataman, perjuangan memasuki pintu yang kecil dan sempit itu. Jika bisa berbicara, kekayaan seakan berkata: “ Udah cuuy..loe tenang-tenang aja menikmati gw (kekayaan)...nikmatin hidup loe sama gw...gak usah lah loe menyusahkan diri loe dengan yang namanya menyenangkan Tuhan, hidup melakukan kehendak Tuhan, perjuangan keselamatan...senangkan aja diri loee.” Dan kita mengamininya.

Sampai pada suatu saat, sudah waktunya kita ‘pensiun’ dari dunia ini dan mengenakan titel baru: Almarhum. Nafas kita berhenti, kekekalan sudah menanti, dan ternyata terbukti bahwa kekayaan yang kita miliki tidak dapat menolong kita untuk membuat kita diterima di Surga. Karena kita menggunakan kekayaan sesuka hati kita –dan bukannya sesuka hati Tuhan-, karena kita menggunakan kekayaan untuk memuaskan keinginan daging/keinginan mata/keangkuhan hidup kita –dan bukannya menggunakannya sesuai kehendak-Nya- maka diri kita dicampakkan ke api kekal. Itulah saatnya pembuktian bahwa kekayaan berlaku tidak jujur terhadap kita. Kekayaan membuai kita, membuat kita terlena agar tidak memburu Tuhan dan kehendak-Nya, membuat kita berpikir bahwa kita tidak membutuhkan kehidupan kekal bersama Tuhan karena ada kekayaan yang bisa kita gunakan untuk membahagiakan diri kita, namun ternyata hal itu hanya sesaat; kita sudah dijebak oleh kekayaan.

Jadi bagaimana supaya tidak terjebak? Gunakan segala kekayaan kita sesuai kehendak Tuhan. Hal ini tidak berarti kita harus nyumbang Gereja lho. Tapi kita menggunakan kekayaan sesuai kehendak Tuhan, jika Ia suruh sumbang Gereja ya lakukanlah; jika Ia suruh untuk berlibur bersama keluarga ya lakukanlah; jika Ia suruh untuk memberi uang kepada pembantu atau supir kita ya lakukanlah.

Setelah mengetahui hal di atas, gw baru paham arti dari Mamon yang tidak jujur. Nah kalo loe gimana? Masih bingung yak? Feel free untuk diskusi yakkk, via FB dan Twitter juga ok.. GBU!

Think Before...

Posted in


Beberapa waktu lalu gw pernah ngupdate status socmed begini:  “Keep in my mind: Think before act, think before speak, and think before think”. Bingung gak sik maksudnya apa dari status tersebut? Gw terbeban nih untuk menjelaskannya dengan bahasa gw sendiri, sorry dorry morry kalau ada hal yang tidak berkenan yakkk.

Untuk frasa “think before act, think before speak” mungkin bisa dipahami secara umum bahwa sebelum bertindak dan berkata-kata harus dipikirin dulu. Memang benerrr maksudnya seperti itu, cuma di pemahaman gw, kita berpikir sebelum bertindak dan berbicara adalah bukan dalam rangka untuk memperoleh kebaikan jasmani seperti: diterima dalam pergaulan, menghasilkan keuntungan pribadi, dan sejenisnya. Di pemahaman gw, kita harus berpikir sebelum bertindak dan berbicara adalah untuk memastikan bahwa apa yang akan kita lakukan dan bicarakan bukan berasal dari motivasi memuaskan keinginan daging, keinginan mata dan keangkuhan hidup. Lebih lanjut, kita harus memastikan bahwa apa yang kita lakukan dan bicarakan adalah karena Tuhan mau untuk kita bertindak dan berbicara seperti itu.

Lalu bagaimana dengan frasa “think before think”? Bagaimana bisa kita berpikir sebelum berpikir? Jadi begini, gw suatu ketika ngerasain saat lagi nyetir, nunggu busway, nunggu orang untuk meeting; pikiran gw melanglang buana dan setelah gw telisik ternyata pikiran itu berasal dari motivasi untuk memuaskan, entah; keinginan daging, keinginan mata, atau keangkuhan hidup. Lalu untuk selanjutnya, saat ada pikiran yang mau masuk ke otak gw akan gw screening dulu apa yang menjadi motivasi terdalam dari gw memikirkan hal tersebut? Jika sama sekali tidak terdapat unsur-unsur keinginan daging/keinginan mata/keangkuhan hidup; dan memang Tuhan mau gw untuk memikirkan hal itu, maka hal itu aman untuk dipikirkan.
Sumber: http://max4christ.blogspot.com

IMO&E (In My Opinion & Experience), “think before think” ini yang paling sulit dari dua lainnya. Suliiit bangett, namanya pikiran, terkadang suka lewat aja gitu di otak kita, pas sadar, ternyata sodarah-sodarah, hal yang dipikirkan itu berasal dari keinginan daging/keinginan mata/keangkuhan hidup. Apalagi saat kita hectic sama aktivitas kegiatan kita. Fiuuuhh... tapi tetep, jika kita mau untuk latihan pasti kita bisa. Amiinnn!

Lalu agar peka memahami bahwa motivasi yang timbul adalah keinginan daging/keinginan mata/keangkuhan hidup atau bukan bagaimana? Nah kalau yang satu ini cuma satu: Belajar kebenaran Firman Tuhan yang murni, tiap hari harus –istilahnya- mengonsumsi kebenaran Firman Tuhan yang murni. Dari situ akan timbul pengertian-pengertian akan kebenaran Firman Tuhan, pengertian akan kehendak Tuhan, dan kepekaan untuk membedakan stimulus.  Kalau gw selama ini belajar melalui Renungan dan Majalah Truth (http://www.truth-media.com), so far, IMO, hanya Truth yang konsisten untuk hal tersebut.

Oke, sekian dulu share dari gw, kalo ada yang kurang jelas dari uraian gw pleaaaseee....komen ajah, via FB n Twitter juga okeeh. GBU!   

KampungBlog.com - Kumpulan Blog-Blog Indonesia
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
Powered By Blogger