Mar
28
2010
Posted in
Mengapa kita hidup di dunia ini? Untuk apakah kita hidup di dunia ini? Pertanyaan mendasar yang jawabannya akan menentukan cara kita hidup, dan bagaimana kita hidup. Apakah bermakna atau sia-sia...
Mar
28
2010
Posted by Erick Sowong | Comments: (0)
Posted in
Mar
23
2010
Posted by Erick Sowong | Comments: (0)
Posted in
Dinihari tadi (23 Maret 2010), seperti biasa saya melakukan Saat Teduh (SaTe). Ayat Alkitab yang dijadikan referensi dari Keluaran 14 : 15-31, mengisahkan soal bangsa
TUHAN menyuruh Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan dengan itu terbelahlah air laut dengan perantaraan angin timur yang keras. Muncul pertanyaan yang menggelitik saya : Sebenarnya tanpa Musa mengulurkan tanganpun, TUHAN sanggup membelah air laut itu
Pertanyaan itu menjadi salah satu poin renungan saya dinihari tadi, sampai pada suatu kesimpulan renungan sebagai berikut :
Mengapa TUHAN mau memakai kita sebagai alat-NYA?
Kita diciptakan oleh-NYA, ditebus oleh-NYA. Menjadi sangat wajar kalau TUHAN mau memakai kita sebagai alat-NYA. Karena kita adalah milik TUHAN. Terserah TUHAN mau melakukan apapun terhadap kita. Menyuruh apapun terhadap kita.
Sudah menjadi kehendak TUHAN pada hari itu bangsa
Jadi cari tahu apa kehendak TUHAN yang diinginkan-NYA untuk kita lakukan. Untuk dapat mencari tahu, awali dengan hidup melekat erat dengan TUHAN.
Satu hal yang pasti, TUHAN mau kita menjadi saksi yang memuliakan nama-NYA bagi sesama di sekitar kita melalui kehidupan kita, perbuatan kita, sikap kita dan perilaku kita terhadap mereka.
Ayat bacaan :
Menyeberangi Laut Teberau
14:15 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Mengapakah engkau berseru-seru demikian kepada-Ku? Katakanlah kepada orang
Sumber foto : xcavator.net
Mar
22
2010
Posted by Erick Sowong | Comments: (0)
Posted in
Pernah mendengar kata-kata : “Ah males gw, gak ada duitnya!” Saya sering banget lho, biasanya kata itu diucapkan seseorang yang merasa keberatan menjalankan tugasnya karena tidak ada bonus uang ketika ia menjalankan tugas itu, meski sebenarnya dirinya memang bertugas untuk hal itu. Lugasnya memang ia dibayar atau dipekerjakan untuk melakukan tugas itu.
Biasanya meskipun melakukan tugas itu, didasari karena terpaksa saja, dan bukan karena kesadaran dan tanggung jawabnya. Maka jangan heran kalau hasilnya pun cenderung tidak maksimal, bahkan bisa jadi berantakan. Padahal di luar
Parahnya lagi sindrom “Males, karena gak ada duitnya” ini tidak hanya menghinggapi pekerja kelas akar rumput, namun juga menulari sampai ke pucuk-pucuk pimpinan. Entah itu pimpinan perusahaan, ataupun pimpinan/petinggi Negara. Padahal kalau diteliti lebih lanjut, penghasilan para pucuk ini sangatlah cukup, bahkan mungkin berkelebihan. Semua pengeluaran ditanggung, bahkan sampai membeli garam untuk urusan rumah tangganya. Jadi si pucuk ini bernafas pun sudah dibayar. Terus kenapa mereka bisa melakukan hal itu ya? Padahal secara pendidikan ok, secara keagamaan pun mereka termasuk orang yang rajin beribadah pada waktunya,
Saya punya teori seperti ini, mereka keliru dalam membedakan stimulus yang masuk, dan juga mereka lemah untuk menolak stimulus yang negatif sehingga dengan kehendak bebas (free will) mereka memilih untuk menerima stimulus yang negatif. Seperti tulisan saya yang terdahulu mengenai “Hidup Ini Adalah Pilihan” bahwa stimulus yang masuk itu ada dua : Positif (kebaikan, kesalehan) dan negatif (godaan, menjurus pada dosa). Kekeliruan dalam membedakan stimulus yang masuk atau pun kelemahan mereka bisa disebabkan karena mereka tidak hidup melekat (bukan sekedar dekat) dengan TUHAN. Mungkin saja mereka menjalankan kewajiban agama pada waktunya, namun sesungguhnya itu dilakukan sebagai sekedar kewajiban belaka dan bukan didasari karena mereka mencintai TUHAN. Karena kalau seseorang mencintai TUHAN, pasti mencintai Firman-NYA, mencintai larangan-NYA, yang akhirnya mewujud dalam segala tindak-tanduk mereka menjalani hidup.
Nah kalau kita ingin bebas dari korupsi, kolusi, nepotisme, sebenarnya jawabannya hanya ada satu : Kembali mencintai TUHAN. Ini bukan hanya tugas para rohaniwan, tapi kewajiban kita semua. Namun sekali lagi kita memiliki kehendak bebas untuk memilih. Memilih untuk mencintai TUHAN atau menjauhi TUHAN. Mana pilihanmu?
Sumber foto : Koleksi pribadi
Mar
20
2010
Posted by Erick Sowong | Comments: (0)
Posted in
Beberapa minggu terakhir ini saya sedang membaca buku tulisan Clive Staples Lewis atau lebih dikenal dengan C. S. Lewis yang berjudul "The Screwtape Letters"
Mar
14
2010
Posted by Erick Sowong | Comments: (0)
Posted in
Hidup ini memang memiliki banyak makna. Makanya kita harus menjalankanya dengan penuh bermakna, agar tidak sia-sia.Salah satunya adalah : Hidup ini adalah pilihan. Setiap detik kita diperhadapkan dengan pilihan. Hal ini memang sudah dirancangkan TUHAN sejak semula. Karena TUHAN kita adalah ALLAH yang demokratis. Namun demokratis yang benar bertanggung jawab. Dalam arti kalau kita menyalahgunakan fasilitas demokratis yang diberikan-NYA sebenarnya itu kesalahan kita sendiri. Masih bingung?
Pernah gak pada saat berjalan-jalan tiba-tiba ada pikiran yang muncul, yang bahkan sebelumnya tidak pernah terpikirkan? Entah pikiran negatif atau pikiran positif, tiba-tiba saja masuk ke pikiran kita. Mungkin juga saat diperhadapkan situasi yang dapat membuat kita tersinggung, ada perasaan ingin marah, ngamuk, kalap, dan kata lain yang tepat untuk menggambarkannya. Atau saat melihat orang lain yang kesusahan, tiba-tiba kita merasa iba. Kosakata yang saya gunakan untuk menamai hal itu itu saya sebut stimulus. Yup, stimulus positif atau negatif bisa tiba-tiba masuk dalam pikiran kita. Tanpa bisa kita cegah bukan?
Nah pada saat stimulus itu masuk memang tidak dapat kita cegah, namun –di sinilah demokratisnya TUHAN kita itu- kita mempunyai kehendak bebas untuk memilih, pilihan itu adalah :
· Kalau impuls yang datang postif (kebaikan, kesalehan), kita akan memikirkan bagaimana kebaikan itu dilakuan, sampai akhirnya kebaikan itu nyata dalam tindakan kita.
· Kalau impuls yang datang negatif (melakukan dosa), kita akan memikirkan bagaimana melakukannya, membayangkan kenikmatan dari melakukan dosa tersebut (sampai di sini saja, kita telah berdosa dalam pikiran), sampai akhirnya dosa itu kita lakukan dalam tindakan kita.
Kalau boleh mengandaikan dalam sebuah perumpamaan : “Kita tidak dapat menghalangi burung terbang di atas kepala kita, namun kita dapat mencegahnya/mengusirnya agar tidak bersarang di kepala kita.”
Demokratis bukan? Kita diberikan pilihan oleh TUHAN, mau melakukan dosa atau tidak. Resiko ditanggung sendiri. Sayangnya kecendrungan manusia itu adalah menuruti keinginan dagingnya sendiri, yang –sekali lagi- sayangnya adalah melakukan dosa. Pokoknya melakukan dosa itu pasti memuaskan hawa nafsu kedagingan kita deh. Sehingga karena terlalu banyaknya dosa tanpa pernah bertobat, kita tidak dapat membedakan atau malah tertukar setiap stimulus yang datang.
Berarti TUHAN lepas tangan dong? Kok DIA menciptakan manusia lengkap dengan kesadarannya namun akhirnya tunduk pada dosa? Nah TUHAN Yang Maha Kuasa itu tidak pernah gagal rencana-NYA.
Lihat TUHAN bertanggung jawab
Sumber foto : Koleksi pribadi.
Mar
08
2010
Posted by Erick Sowong | Comments: (0)
Posted in
Mar
05
2010
Posted by Erick Sowong | Comments: (0)
Posted in
Bacaan : Matius 21 : 21,22; Yohanes 15 : 1-8; Filipi 2 : 5; Yakobus 4 : 3
Saat Yesus mengutuk pohon ara yang seketika menjadi kering, murid-murid Yesus tercengang. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-NYA bahwa mereka pun dapat melakukan hal yang serupa, bahkan memindahkan gunung. Sungguh suatu iman yang luar biasa!
Iman seperti ini tidak dimiliki oleh orang Kristen yang hanya merasa puas dengan pengakuan bibir dan merasa percaya. Namun kepada mereka yang adalah murid Yesus, pengikut Yesus. Seperti murid-murid yang senantiasa mengikuti Yesus kemanapun Yesus pergi, hal ini pun berlaku untuk kita jika kita memang murid Yesus yang benar-benar melakukan semua persyaratan mengikut Yesus (Matius 16 : 24). Secara singkat : Mereka yang hidup melekat erat dengan TUHAN sehingga peka mendengar suara TUHAN.
Mengapa demikian? Pada saat kita hidup melekat erat dengan BAPA, kita akan berpikir dan merasakan seperti yang TUHAN rasakan, peka mendengar suara TUHAN. Karena TUHAN menaruh pikiran dan perasaan-NYA pada kita. Sehingga pada saat kita menginginkan sesuatu dan mendoakannya, tentu saja TUHAN mengabulkannya, karena keinginan tersebut sebenarnya berasal dari TUHAN, ditaruh TUHAN dalam pikiran kita.
Namun sayangnya memiliki persekutuan yang melekat erat dengan TUHAN bukanlah hal yang mudah, dibutuhkan kesadaran untuk rela menyerahkan diri kepada TUHAN. Sementaran manusia -biasanya- jika dalam keadaan di atas angin, tanpa kesulitan, manusia cenderung 'lupa' untuk melekat erat dengan TUHAN. Namun saat manusia mengalami kesulitan hidup -yang kita kenal sebagai pembentukan dan pemrosesan-, lebih mudah untuk datang dan berserah pada TUHAN.
Jadi kalau saat ini sedang mengalami kesulitan hidup, seharusnya kita bersyukur, karena itu berarti kita sedang dibentuk dan diproses TUHAN, dibersihkan oleh TUHAN untuk kita memiliki persekutuan yang melekat erat dengan BAPA. Dan tidak usah menunggu datangnya kesulitan untuk hidup melekat erat dengan BAPA, lakukan sekarang! GOD love u, u know!
Karena hidup yang bermakna adalah hidup yang melekat pada TUHAN!
Sumber foto : xcavator.net
Mar
03
2010
Hidup yang bermakna dimulai pada saat kita menerima anugerah keselamatan. Keselamatan yang diberikan bukan karena usaha kita, namun karena belas kasih TUHAN semata. Seharusnya orang yang sudah diselamatkan oleh karena iman harus menunjukkan imannya dengan perbuatan. Melakukan perbuatan baik, perbuatan benar, perbuatan yang berkenan kepada TUHAN, karena orang tersebut sudah diselamatkan. Dan bukan karena mengusahakan keselamatan. Disinilah makna dari kehidupan orang-orang yang sudah diselamatkan.
---------------------------------------------------------------
Bacaan : Efesus 2 : 8-10
Dari banyak kata yang sering muncul di kalangan orang Kristen, kata "anugerah" adalah salah satunya. Dalam bahasa Ibrani, anugerah disebut 'khen' (dengan topi diatas huruf e), dan dalam bahasa Yunani 'kharis'. Dua kata ini memiliki kesamaan pengertian, yaitu "pemberian atau perbuatan baik dari seseorang yang berkedudukan tinggi (atasan) kepada orang yang levelnya lebih rendah". Kata 'khen' dan 'kharis' juga berarti "sebuah pemberian tanpa melihat kepantasan si penerima pemberian tersebut", dan juga berarti "pemberian yang memiliki nilai tinggi dan sangat dibutuhkan". Kata "anugerah" sama pengertiannya dengan "kasih karunia" atau "rahmat"
Agar dapat menerima anugerah TUHAN secara benar, maka kita harus mengerti di mana letak anugerah dalam keselamatan yang TUHAN berikan kepada kita. Apakah terletak kepada cara menerima keselamatan? Atau, apakah anugerah itu terletak pada nilai keselamatan itu sendiri, yaitu kesediaan ALLAH menjadi manusia? Apakah nilai anugerah terletak pada kedua-duanya?
Doktrin keselamatan hanya oleh anugerah (Inggris : 'only by grace'; Latin : 'sola gratia') terambil dari Efesus 2 : 8-9. Teks ini lebih populer pada ajaran yang menekankan kemutlakan kedaulatan ALLAH dalam menentukan keselamatan atas setiap individu. Sayangnya, tidak jarang pengajaran ini memberi tekanan yang tidak pada proporsinya terhadap proses penyelamatan umat manusia. Dikatakan untuk menerima keselamatan, manusia tidak perlu berbuat apa-apa, yang penting pengakuan bibir dan perasaan percaya. Dikesankan bahwa sekalipun seorang manusia bertindak pasif, asal dia orang terpilih, maka ia bisa selamat. Padahal dalam Perjanjian Baru sesuai yang diajarkan oleh TUHAN Yesus, tidak ada satu ayat pun yang menyatakan bahwa cara menyambut keselamatan juga bernilai anugerah. Selalu ada tantangan, pertaruhan atau barter untuk mengikut TUHAN Yesus atau dalam menerima anugerah tersebut. Manusia menyambut keselamatan itu dengan aktif melalui iman (ayat 8), dan iman tanpa perbuatan adalah mati (Yakobus 2 : 26).
Kata-kata "bukan hasil usahamu tetapi pemberian ALLAH... bukan hasil pekerjaanmu" kalau tidak diteropong dengan benar bisa membangkitkan suatu kesan bahwa perbuatan baik tidak diperlukan. Bahkan membangun kecurigaan, seolah-olah perbuatan baik dalam Kekristenan dapat menjadi ancaman dan bisa merusak doktrin keselamatan 'sola gratia'. Sesungguhnya, manusia menerima anugerah secara aktif, sehingga perbuatan baik itu sejalan dengan 'sola gratia' (ayat 10). Marilah memahami hal ini dengan benar, sehingga kita menerima keselamatan secara maksimal.
Sumber : Alkitab, renungan "TRUTH" edisi 2 Maret 2010.
All glory just for our GOD,
Erick
Sumber foto : xcavator.net
© All Rights Reserved. Mari hidup bermakna
Theme by : Hosting and Cheap Hosting