Des
28
2011
Posted in
Akhir-akhir ini saya sedang hobi baca buku-buku sejarah
kuno dan film-film yang memotret kondisi masyarakat di masa kuno itu. Salah satu
buku berjudul “Sejarah Gelap Kaisar Roma”, di dalamnya menggambarkan cukup
banyak kondisi masyarakat saat itu. Mungkin sudah umum diketahui bahwa yang
namanya acara “Gladiator” (pertarungan hidup mati antara sesama petarung) adalah
hal yang umum saat itu, saat nyawa menjadi tidak berharga karena dianggap hanya
sebagai hiburan semata. Begitu pula yang namanya free sex bukanlah hal yang
tabu bagi masyarakat saat itu, kalau tidak mau dibilang sebagai suatu kewajaran.
Perbudakan, perdagangan manusia, dan intinya eksploitasi nilai-nilai kemanusiaan
yang sangat rendah, adalah hal yang wajar dan sah saja saat itu.
Apakah hal-hal ini masih terjadi saat ini? Masih, lihat
saja kasus Mesuji, Bima, atau Cikeusik. Saat manusia memuaskan hasrat
binatangnya untuk menjadi predator bagi sesamanya. Cuma karena pengetahuan saat
ini lebih baik dibandingkan zaman kuno dulu, maka hal-hal yang disebutkan di paragraph
1 bisa dibilang tidak diakui sebagai hal yang wajar bagi manusia umumnya.
Meskipun tidak diakui bukan berarti hal-hal itu tidak terjadi, tetap terjadi,
namun tidak secara terang benderang, tercium namun tidak (atau enggan?)
dibuktikan.
Jadi perhatikan saja, dari masa ke masa, hasrat
binatang manusia selalu mempunyai tempat dalam masyarakat. Memang kenyataan
bahwa di dalam diri manusia yang sudah berdosa ini terdapat naluri dan
sifat-sifat kebinatangan. Contoh-contoh yang disebutkan pada paragraph sebelumnya
mungkin adalah contoh yang ekstrim, namun kejadian-kejadian seperti: Mengingini
hak/barang/milik orang lain, menjegal rekan kerja di kantor demi promosi,
bergosip, memfitnah, membicarakan keburukan orang lain, poligami, memiliki PIL/WIL,
cari muka di kantor/sekolah, ingin dipuji orang lain, ingin dianggap hebat
orang lain, ingin didewakan orang lain, dan lainnya yang dapat kita sebutkan
umum terjadi dalam keseharian hidup manusia. Semua itu adalah salah satu sifat
dan naluri binatang yang berada dalam diri kita.
Melihat kenyataan itu, bisa dibayangkan betapa agungnya
mahluk yang bernama manusia itu jika tidak jatuh dalam dosa. Betapa luar biasa
tingginya nilai moral dan kesucian manusia yang telah dirancang oleh Tuhan,
seandainya manusia tidak jatuh dalam dosa. Maka adalah hal yang sangat tidak
berlebihan Alkitab menyatakan bahwa manusia diciptakan segambar dengan Allah.
Memang manusia itu dirancang untuk menjadi mahluk yang tinggi, mahluk yang
agung, yang keagungannya menyerupai Allah. Dan sungguh tidak berlebihan juga Tuhan
Yesus berkata bahwa “kita harus sempurna sama seperti Bapa di Surga adalah
sempurna” (Mat. 5:48).
Comments (0)
Posting Komentar