Apr
22
2013
Posted in
Suatu ketika loe melihat seorang Jepang tersesat kebingungan. Sebagai orang yang bae hati,
pastinyah loe tergerak menolongnya. Loe dekati dia, dan loe bilang ke dia: “Halooo
juragan.....tersesat yah? Mau ke mana sih gan? Ngomong nih sama abang...abang
bantuin cariin dah alamatnya..”
Si turis bengong? Kenapa? Ya iyalah bengong! Orang Jepang
loe ajakin berbahasa Indonesia jaman Pitung masih berjaya. Ndak bakalan
koneklah sama dia. Akhirnya tuh Jepang bengong karena bingung mau jawab apaan.
Loe pun bingung kenapa si Jepang gak mau loe bantuin.
![]() |
Sumber gambar: http://akuanahusna.blogspot.com |
Itu sketsa doang sik. Betapa pentingnya yang namanya
komunikasi, lebih dalam lagi, how to say
yang tepat. Gw gak akan panjang lebar nerangin teori-teori komunikasi ke loe.
Karena gw bukan dosen (saat ini), dan males juga kalii yeee terlalu text books. Kalo loe mau memberitakan
kebenaran yang murni, pastinya loe mau orang yang mendengar berita kebenaran
itu merespon dengan positif kan? Loe mau orang menanyakan lebih lanjut soal
berita kebenaran itu kan? Cuma bagaimana bisa, kalo loe ngomong pakai bahasa
planet, sementara doi orang bumi???
Jadi sebelum loe berbagi berita kebenaran di tempat publik
(di kereta, busway, kantin, FB, atau Twitter), pastiin hal ini: siapa audience yang akan mendengarnya? Dan temukan
bahasa yang tepat serta mudah dimengerti oleh mereka. Dengan demikian, loe bisa
menerapkan how to say yang tepat dan
sesuai bagi mereka.
Kampanye untuk mengajak tunawisma hidup sehat dan bersih
akan percuma jika bahasa yang dipakai adalah bahasa sekolahan tingkat tinggi.
Tapi kalo loe ngobrol di kalangan pembelajar teologi dan membagikan berita
kebenaran dengan bahasa yang “teologi banget” ya ndak masalah toh.
IMO, itu sebabnya majalah Truth berisi materi teologi yang
berat dibandingkan majalah-majalah Kristiani lainnya, karena memang ditujukan
untuk pribadi yang tertarik dengan kebenaran yang murni dan berminat banget
belajar. Cuma bukan berarti kalo kita berbagi ke orang lain, lalu kita
menggunakan ‘bahasa’ yang sama dengan majalah Truth. Know your audience itu penting ciin, supaya berita yang kita
sampaikan tidak terbuang percuma hanya karena keliru how to say.
Memahami audience
dan menemukan bahasa yang tepat serta mudah dimengerti, bagi gw, artinya kita menjadi secret agent, agen rahasia. Misi
kita adalah bagaimana orang yang jadi target bisa berubah arah, berubah
ideologi keyakinan. Menjadi agen rahasia artinya kita harus menyamar, memahami
siapa mereka. Dari luar sama, tapi dalamnya beda. Kita tetep berteman dengan
siapa pun juga, namun mindset kita soal hidup ini beda dari temen-temen kita.
Jadi agen rahasia artinya kita udah pasti harus terlatih,
teguh, dan kuat menahan tekanan. Baik tekanan keras maupun tekanan yang
memabukkan. Kalo kita gak terlatih, gak teguh, dan gak kuat menahan tekanan,
bukan target kita yang berubah ideologi keyakinan, tapi malah kita sendiri yang
menjadi pengkhianat. Nah lhooo.
Oke. Segitu dulu dari gw, makasi untuk perhatiannya. Komen
silakan lho. GBU!